Merekapercaya jika orang-orang seperti itu adalah sasaran penyelamatan Tuhan, maka langit dan bumi akan jungkir balik dan semua orang akan tertawa terbahak-bahak. Mereka percaya jika Tuhan memilih orang-orang yang sedemikian tidak ada apa-apanya untuk disempurnakan, berarti orang-orang hebat itu akan menjadi Tuhan itu sendiri.
Alhamdulillah hamdan katsiron thoyyiban mubarokan fih kamaa yuhibbu Robbuna wa yardho, wa asyhadu alla ilaha illallah wahdahu laa syarika lah wa asy-hadu anna Muhammadan abduhu wa rosuluh. Allahumma sholli ala Nabiyyina Muhammad wa ala alihi wa shohbihi wa sallam. Saudaraku yang semoga selalu mendapatkan taufik Allah Ta’ala. Nabi kita Muhammad shallallahu alaihi wa sallam adalah penutup para Nabi, tidak ada Nabi lagi sesudah beliau. Beliau shallallahu alaihi wa sallam memiliki kedudukan yang mulia dengan syafa’at al uzhma pada hari kiamat kelak. Itulah di antara keistimewaan Abul Qosim, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Seorang muslim punya kewajiban mencintai beliau shallallahu alaihi wa sallam lebih dari makhluk lainnya. Inilah landasan pokok iman. Saudaraku, itulah yang harus dimiliki setiap muslim yaitu hendaklah Nabinya lebih dia cintai dari makhluk lainnya. Mari kita simak bersama firman Allah Ta’ala, قُلْ إِنْ كَانَ آَبَاؤُكُمْ وَأَبْنَاؤُكُمْ وَإِخْوَانُكُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ وَأَمْوَالٌ اقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَاكِنُ تَرْضَوْنَهَا أَحَبَّ إِلَيْكُمْ مِنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَجِهَادٍ فِي سَبِيلِهِ فَتَرَبَّصُوا حَتَّى يَأْتِيَ اللَّهُ بِأَمْرِهِ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ “Katakanlah Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.” QS. At Taubah 24. Ibnu Katsir mengatakan, “Jika semua hal-hal tadi lebih dicintai daripada Allah dan Rasul-Nya, serta berjihad di jalan Allah, maka tunggulah musibah dan malapetaka yang akan menimpa kalian.” Tafsir Al Qur’an Al Azhim, 4/124. Ancaman keras inilah yang menunjukkan bahwa mencintai Rasul dari makhluk lainnya adalah wajib. Bahkan tidak boleh seseorang mencintai dirinya hingga melebihi kecintaan pada nabinya. Abdullah bin Hisyam berkata, “Kami pernah bersama Nabi shallallahu alaihi wa sallam dan beliau memegang tangan Umar bin Khaththab –radiyallahu ’anhu-. Lalu Umar –radhiyallahu ’anhu- berkata, لأنت أحب إلي من كل شيء إلا من نفسي ”Ya Rasulullah, sungguh engkau lebih aku cintai dari segala sesuatu kecuali terhadap diriku sendiri.” Kemudian Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam berkata, لا والذي نفسي بيده حتى أكون أحب إليك من نفسك ”Tidak, demi yang jiwaku berada di tangan-Nya imanmu belum sempurna. Tetapi aku harus lebih engkau cintai daripada dirimu sendiri.” Kemudian ’Umar berkata, فإنه الآن والله لأنت أحب إلي من نفسي ”Sekarang, demi Allah. Engkau Rasulullah lebih aku cintai daripada diriku sendiri.” Kemudian Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam berkata, الآن يا عمر ”Saat ini pula wahai Umar, imanmu telah sempurna.” HR. Bukhari [Bukhari 86-Kitabul Iman wan Nudzur, 2-Bab Bagaimana Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam bersumpah] Al Bukhari membawakan dalam kitabnya Bab Mencintai Rasul shallallahu ’alaihi wa sallam adalah bagian dari iman. An Nawawi membawakan dalam Shahih Muslim Bab-Wajibnya Mencintai Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam lebih dari kecintaan pada keluarga, anak, orang tua, dan manusia seluruhnya. Dalam bab tersebut, Anas bin Malik mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda, لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَلَدِهِ وَوَالِدِهِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ “Salah seorang di antara kalian tidak akan beriman sampai aku lebih dia cintai daripada anaknya, orang tuanya bahkan seluruh manusia.” HR. Bukhari dan Muslim Semua Cinta Butuh Bukti Cinta bukanlah hanya klaim semata. Semua cinta harus dengan bukti. Di antara bentuk cinta pada Nabi shallallahu alaihi wa sallam adalah ittiba’ mengikuti, taat dan berpegang teguh pada petunjuknya. Karena ingatlah, ketaatan pada Nabi shallallahu alaihi wa sallam adalah buah dari kecintaan. Penyair Arab mengatakan لَوْ كَانَ حُبُّكَ صَادِقاً لَأَطَعْتَهُ إِنَّ المُحِبَّ لِمَنْ يُحِبُّ مُطِيْعٌ Sekiranya cintamu itu benar niscaya engkau akan mentaatinya Karena orang yang mencintai tentu akan mentaati orang yang dicintainya Cinta pada Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam bukanlah dengan melatunkan nasyid atau pun sya’ir yang indah, namun enggan mengikuti sunnah beliau. Hakikat cinta pada Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam adalah dengan mengikuti ittiba’ setiap ajarannya dan mentaatinya. Semakin seseorang mencintai Nabinya maka dia juga akan semakin mentaatinya. Dari sinilah sebagian salaf mengatakan لهذا لما كَثُرَ الأدعياء طُولبوا بالبرهان ,قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمْ اللَّهُ Tatkala banyak orang yang mengklaim mencintai Allah, mereka dituntut untuk mendatangkan bukti. Allah Ta’ala berfirman yang artinya ”Katakanlah Jika kamu benar-benar mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” QS. Ali Imron 31 Seorang ulama mengatakan لَيْسَ الشَّأْنُ أَنْ تُحِبَّ وَلَكِن الشَّأْنُ أَنْ تُحَبْ Yang terpenting bukanlah engkau mencintai-Nya. Namun yang terpenting adalah bagaimana engkau bisa dicintaiNya. Yang terpenting bukanlah engkau mencintai Nabimu. Namun yang terpenting adalah bagaimana engkau bisa mendapatkan cinta nabimu. Begitu pula, yang terpenting bukanlah engkau mencintai Allah. Namun yang terpenting adalah bagaimana engkau bisa dicintai-Nya. Lihat Syarh ’Aqidah Ath Thohawiyah, 20/2 Allah sendiri telah menjelaskan bahwa siapa pun yang mentaati Rasul-Nya berarti dia telah mentaati-Nya. Allah Ta’ala berfirman, مَنْ يُطِعِ الرَّسُولَ فَقَدْ أَطَاعَ اللَّهَ وَمَنْ تَوَلَّى فَمَا أَرْسَلْنَاكَ عَلَيْهِمْ حَفِيظًا “Barangsiapa yang mentaati Rasul, sesungguhnya ia telah mentaati Allah. Dan barangsiapa yang berpaling dari ketaatan itu, maka Kami tidak mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi mereka.” QS. An-Nisa’ 80 Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam juga memerintahkan kita untuk berpegang teguh pada ajarannya. Sebagaimana hal ini terdapat dalam hadits, فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِى وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ الْمَهْدِيِّينَ عَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ “Berpegangteguhlah dengan sunnahku dan sunnah khulafa’ur rosyidin yang mendapatkan petunjuk dalam ilmu dan amal. Pegang teguhlah sunnah tersebut dengan gigi geraham kalian.” HR. Abu Daud, At Tirmidzi, Ibnu Majah, Ibnu Hibban. At Tirmidizi mengatakan hadits ini hasan shohih. Syaikh Al Albani mengatakan hadits ini shohih. Lihat Shohih At Targhib wa At Tarhib no. 37 Salah seorang khulafa’ur rosyidin dan manusia terbaik setelah Nabi shallallahu alaihi wa sallam, yaitu Abu Bakar Ash Shiddiq radhiyallahu anhu mengatakan, لَسْتُ تَارِكًا شَيْئًا كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ يَعْمَلُ بِهِ إِلَّا عَمِلْتُ بِهِ إِنِّي أَخْشَى إِنْ تَرَكْتُ شَيْئًا مِنْ أَمْرِهِ أَنْ أَزِيْغَ “Tidaklah aku biarkan satupun yang Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam amalkan kecuali aku mengamalkannya karena aku takut jika meninggalkannya sedikit saja, aku akan menyimpang.” HR. Abu Daud no. 2970. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa atsar ini shohih Itulah saudaraku di antara bukti seseorang mencintai nabinya –shallallahu alaihi wa sallam- yaitu dengan mentaati, mengikuti dan meneladani setiap ajarannya. Kebalikan dari Cinta Dari penjelasan di atas terlihat bahwa di antara bukti cinta adalah mentaati dan ittiba’ pada Nabi shallallahu alaihi wa sallam. Berarti kebalikan dari hal ini adalah enggan mentaatinya dan melakukan suatu ibadah yang tidak ada ajarannya. Karena sebagaimana telah kami jelaskan di muka bahwa setiap orang pasti akan mentaati dan mengikuti orang yang dicintai. Dari sini berarti setiap orang yang melakukan suatu ajaran yang tidak ada tuntunan dari Nabinya dan membuat-buat ajaran baru yang tidak ada asal usulnya dari beliau, walaupun dengan berniat baik dan ikhlash karena Allah Ta’ala, maka ungkapan cinta Nabi pada dirinya patut dipertanyakan. Karena ingatlah di samping niat baik, seseorang harus mendasari setiap ibadah yang dia lakukan dengan selalu mengikuti tuntunan Nabinya shallallahu alaihi wa sallam. Itulah yang engkau harus pahami saudaraku, sebagaimana engkau akan mendapati hal ini dalam perkataan Al Fudhail berikut. Al Fudhail bin Iyadh tatkala berkata mengenai firman Allah, لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا “Supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya.” QS. Al Mulk [67] 2, beliau mengatakan, “yaitu amalan yang paling ikhlas dan showab mencocoki tuntunan Nabi shallallahu alaihi wa sallam.” Lalu Al Fudhail berkata, “Apabila amal dilakukan dengan ikhlas namun tidak mencocoki ajaran Nabi shallallahu alaihi wa sallam, amalan tersebut tidak akan diterima. Begitu pula, apabila suatu amalan dilakukan mengikuti ajaran beliau shallallahu alaihi wa sallam namun tidak ikhlas, amalan tersebut juga tidak akan diterima.” Jami’ul Ulum wal Hikam, hal. 19 Perkataan Fudhail di atas memiliki dasar dari sabda Nabi shallallahu alaihi wa sallam. Beliau shallallahu alaihi wa sallam juga bersabda, مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ “Barangsiapa melakukan suatu amalan yang bukan ajaran kami, maka amalan tersebut tertolak.” HR. Muslim no. 1718 Itulah saudaraku yang dikenal dengan istilah bid’ah. Amalan apa saja yang tidak mengikuti tuntunan beliau shallallahu alaihi wa sallam akan tertolak, walaupun yang melakukan berniat baik atau ikhlash. Karena niat baik semata tidaklah cukup, sampai amalan seseorang dibarengi dengan megikuti tuntunan Nabi shallallahu alaihi wa sallam. Perkataan Fudhail di atas hampir serupa dengan perkataan Ibnu Rajab Al Hambali. Beliau rahimahullah mengatakan, “Apabila suatu amalan diniatkan bukan untuk mengharap wajah Allah, pelakunya tidak akan mendapatkan ganjaran. Begitu pula setiap amalan yang bukan ajaran Allah dan Rasul-Nya, maka amalan tersebut tertolak. Segala sesuatu yang diada-adakan dalam agama tanpa izin dari Allah dan Rasul-Nya, maka perkara tersebut bukanlah agama sama sekali.” Jami’ul Ulum wal Hikam, hal. 77 Setelah kita mengetahui muqodimah di atas, sekarang kita akan menelusuri lebih jauh, apakah betul cinta Nabi harus dibuktikan dengan mengenang hari kelahiran beliau dalam acara maulid Nabi sebagaimana yang dilakukan sebagian kaum muslimin? Silakan simak pembahasan dalam posting selanjutnya. -Bersambung insya Allah pada posting selanjutnya- Seri Pertama dari Tiga Tulisan Antara Cinta Nabi shallallahu alaihi wa sallam dan Maulid Nabi Oleh Muhammad Abduh Tuasikal Baca Juga Inilah Faedah Bagi yang Mencintai Nabinya Teladan Sahabat dalam Mencintai Nabi Kitaharus dapat belajar dengan alim ulama dan mempelajari tuntunan Rasul dari mereka, ujarnya. Dengan mengikuti tuntunan Rasul, berpengaruh pada moral dan ekonomi yang lebih baik. Mereka tidak hanya fokus mengejar harta benda, bahkan mengumbar nafsu syahwat saja.
ALLAH SWT mengutus para Nabi dan Rasul kepada manusia agar mau mengikuti petunjuk-petunjuk yang diberikan-Nya. Perjuangan para Nabi dan Rasul berat sekali. Banyak berkorban dan menderita. Mengapa Allah tidak memaksa saja kepada manusia agar mereka beriman tanpa harus sulit-sulit dengan mengajaknya lewat perantara? BACA JUGA Kalimat dari Rasulullah yang Disukai Umar bin Khattab Sebenarnya Allah mampu memaksa manusia untuk beriman kepada-Nya. Tapi Allah tidak mau melakukan itu. Bagi Allah, mengutus Rasul yang bertugas untuk memaksa setiap umat di zamannya mudah saja. Allah SWT berfirman, إِن نَّشَأْ نُنَزِّلْ عَلَيْهِم مِّنَ ٱلسَّمَآءِ ءَايَةً فَظَلَّتْ أَعْنَٰقُهُمْ لَهَا خَٰضِعِينَ “Jika kami kehendaki niscaya Kami menurunkan kepada mereka mukjizat dari langit, maka senantiasa kuduk-kuduk mereka tunduk kepadanya.” Asy-Syu’ara Ayat 4. Pernah juga Allah mengutus Nabi dan Rasul dengan diberi kekuatan yang dahsyat dengan memaksa segala yang ada di atas bumi pada masanya untuk tunduk kepadanya. Misalnya, ketika Allah mengutus Nabi Sulaiman Beliau menguasai angin, memiliki pasukan tentara kuat yang terdiri dari manusia dan jin. Nabi Sulaiman juga menguasai segala macam hewan dan paham bahasa hewan serta dijamin akan menang jika melawannya. Dengan gampang Allah mencipta Nabi dan Rasul seperti itu. Tapi Allah tidak mau melakukannya untuk semua Rasul-Nya. BACA JUGA Jangan Salah, Ini 4 Perbedaan Nabi dan Rasul Allah menghendaki agar manusia datang kepada-Nya dengan pilihan hatinya sendiri. Itulah bedanya antara manusia dengan makhluk lainnya. Manusia diminta dengan kesadarannya untuk beriman dan menyatakan, “Aku memilih keimanan dan ketaatan kepada-Mu, aku menjauhi semua larangan-Mu dengan menggunakan hak pilihanku yang Engkau berikan kepadaku agar pahala dan ganjaranku di sisi-Mu besar. Ya Tuhan, aku datang kepada-Mu dengan pilihanku sendiri mengikuti jalan-Mu yang lurus. Wallahu a’lam bishawwab. [] Referensi Anda Bertanya Islam Menjawab/Prof. Dr. M. Mutawalli asy-Sya’rawi
Barangsiapamenentang Rasul setelah jelas baginya kebenaran, dan mengikuti jalan yang bukan jalannya orang-orang mu'min, Kami biarkan ia berkuasa terhadap kesesatan dan Kami akan masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali. [An-Nisa'/4:115]
Kewajiban taat kepada Rasulullah SAW ditegaskan dalam bertuliskan Muhammad SAW JAKARTA – Allah SWT memerintahkan makhluk-Nya agar taat kepada Rasulullah Nabi Muhammad SAW. Imam Syafi'i dalam kitabnya Ar-Risalah menjelaskan bahwa hukum yang disampaikan Rasulullah sama dengan hukum Allah, orang yang menaati Rasulullah sama dengan menaati Allah. Imam Syafi'i mengutip sejumlah ayat Alquran yang menguatkan kewajiban menaati Rasulullah SAW sebagai inti ajaran agama, di antaranya sebagai berikut 1. إِنَّ الَّذِينَ يُبَايِعُونَكَ إِنَّمَا يُبَايِعُونَ اللَّهَ يَدُ اللَّهِ فَوْقَ أَيْدِيهِمْ ۚ فَمَنْ نَكَثَ فَإِنَّمَا يَنْكُثُ عَلَىٰ نَفْسِهِ ۖ وَمَنْ أَوْفَىٰ بِمَا عَاهَدَ عَلَيْهُ اللَّهَ فَسَيُؤْتِيهِ أَجْرًا عَظِيمًا “Bahwasanya orang-orang yang berjanji setia kepada kamu Rasulullah sesungguhnya mereka berjanji setia kepada Allah. Tangan Allah di atas tangan mereka, maka barangsiapa yang melanggar janjinya, niscaya akibat ia melanggar janji itu akan menimpa dirinya sendiri dan barang siapa menepati janjinya kepada Allah maka Allah akan memberinya pahala yang besar.” QS Al-Fath ayat 10. 2. فَلَا وَرَبِّكَ لَا يُؤْمِنُونَ حَتَّىٰ يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لَا يَجِدُوا فِي أَنْفُسِهِمْ حَرَجًا مِمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُوا تَسْلِيمًا “Maka demi Tuhanmu, mereka pada hakikatnya tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya. QS An Nisa ayat 65 3. مَنْ يُطِعِ الرَّسُولَ فَقَدْ أَطَاعَ اللَّهَ ۖ “Barangsiapa yang menaati Rasul itu, sesungguhnya ia telah menaati Allah.” QS An Nisa ayat 80. Imam Syafi'i menjelaskan, dalam ayat-ayat Alquran tersebut Allah memberi tahu manusia bahwa diajaknya mereka kepada Rasulullah yang akan memutuskan perkara di antara mereka. Itu merupakan ajakan kepada hukum Allah, karena yang memutuskan perkara di antara mereka adalah Rasulullah. Apabila mereka menerima hukum Rasulullah maka mereka menerima hukum Allah. Allah juga memberitahu mereka bahwa hukum Rasulullah sama dengan hukum Allah, karena Allah yang menetapkan hukum Rasulullah. Allah memberi tahu bahwa Allah melindungi Rasulullah dan memberinya taufik, hidayah, dan kepatuhan terhadap perintah-Nya. Allah menetapkan kewajiban kepada makhluk-Nya untuk taat kepada Rasul-Nya. Kemudian memberitahu makhluk-Nya bahwa taat kepada Rasulullah berarti taat kepada Allah. Allah juga memberitahu makhluk-Nya bahwa Allah mewajibkan Rasul-Nya untuk mengikuti perintah-Nya.
Pertamakita akan simak tujuan pertamanya, yaitu bahwa menikah itu mengikuti tuntunan para Nabi dan Rasul. Betul sekali sahabat, Apanya yang betul yah? Maksudnya, betul sekali bila ada yang menyampaikan bahwa menikah itu merupakan jalan yang dicontohkan oleh para Nabi dan Rasul Allah SWT. Tujuan lain dari diutusnya para rasul adalah untuk menyampaikan agama Allah. Andai saja para rasul tidak pernah diutus, maka manusia pasti tidak akan tahu berbagai hal yang berhubungan dengan ibadah. Jika mereka tidak diutus, perintah dan larangan Allah pasti takkan pernah sampai ke tangan kita dan kita juga tidak akan mengetahui kewajiban kita atau pun mengerti arti shalat, puasa, zakat, dan haji. Selain itu, kita juga tidak akan mengetahui larangan berbagai perkara haram semisal minuman keras, judi, zina, monopoli, dan riba. Kita dapat mengetahui semua aturan itu hanya dari para rasul dan nabi. Secara ringkas kita dapat menyebut peran para rasul ini dengan istilah tugas menyampaikan risalah’ wazhîfah al-risâlah. Semua rasul dan nabi membawa risalah tertentu yang berbeda satu sama lain dalam masalah-masalah cabang furû’ tapi mereka semua menyampaikan hal yang sama pada masalah-masalah pokok.[1] Al-Qur`an juga menjelaskan tujuan dan tugas umum yang dipikul para nabi dan rasul. Allah berfirman “Yaitu orang-orang yang menyampaikan risalah-risalah Allah, mereka takut kepada-Nya dan mereka tiada merasa takut kepada seorang pun selain kepada Allah. Dan cukuplah Allah sebagai Pembuat Perhitungan.” QS al-Ahzâb [33] 39. Jadi, para nabi dan rasul memang diutus untuk mencapai tujuan tersebut. Mereka sama sekali tidak peduli akan segala bentuk siksaan dan para durjana yang menyerang mereka dalam menjalankan tugas mereka. Kalau pun mereka mengenal rasa takut, maka satu-satunya ketakutan yang mereka miliki hanyalah kepada Allah Swt. Berkenaan dengan hal ini, Allah berfirman kepada Rasulullah “Hai Rasul, sampaikanlah apa yang di turunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika tidak kamu kerjakan apa yang diperintahkan itu, berarti kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari gangguan manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.” QS al-Mâidah [5] 67. Lewat ayat ini seolah Allah berkata kepada Rasulullah “Jika kau mengabaikan perintah untuk menyampaikan risalah-Ku, maka tindakanmu itu tidak dapat dianggap sebagai pelanggaran atas tugasmu sebagai pribadi. Melainkan akan menjadi masalah yang menyangkut kehidupan sosial dan indovidual setiap manusia. Karena kewajibanmu adalah untuk menerangi jalan yang ditempuh umat manusia. Maka jika kau mengabaikan tugasmu itu, niscaya umat manusia akan tersesat dalam kegelapan.” Tentu saja, Rasulullah telah memahami betapa penting risalah yang diembannya, sebab kalau bukan disebabkan peran penting risalah tersebut, tentulah beliau tidak akan pernah diminta untuk melaksanakan tugas tersebut. Setelah Rasulullah selesai menerima tanggung jawab untuk menyampaikan risalah yang dititipkan padanya, beliau pun mengorbankan seluruh jiwa-raga demi memenuhi tugas tersebut. Dengan susah payah beliau menyampaikan ajaran yang beliau terima dari Allah, mengetuk setiap pintu, dan mencari satu persatu orang-orang yang mau menerima seruan dakwah beliau. Pada tahap awal, reaksi yang muncul dari orang-orang kafir ketika menerima dakwah Islam adalah tidak peduli dan memutuskan hubungan dengan Rasulullah. Setelah itu, mereka akan mulai mencaci dan menghina. Pada tahap akhir, mereka akan mulai menggunakan kekerasan fisik, penyiksaan, dan berbagai bentuk penganiayaan. Mereka mengganggu Rasulullah dengan meletakkan duri di jalan yang biasa beliau lalui, melemparkan kotoran ke kepala beliau di saat shalat, dan berbagai bentuk penghinaan lainnya. Tapi Rasulullah tidak pernah putus asa atau patah semangat. Hal itu dapat terjadi karena beliau menyadari betul bahwa dakwah adalah alasan dan tujuan dari kemunculan beliau di dunia. Tanpa mengenal lelah Rasulullah terus berdakwah kepada semua orang –tak terkecuali para musuh besar beliau- secara terus-menerus dan tetap menyampaikan risalah ilahiyah yang beliau emban. Ya. Entah berapa kali Rasulullah mendatangi para musuh Allah seperti Abu Jahal dan Abu Lahab untuk kemudian menunjukkan jalan hidayah kepada mereka. Beliau tak segan masuk keluar pasar atau menyambangi satu persatu tenda-tenda di padang pasir dengan harapan semoga ada yang mau menerima hidayah. Sering kali semua pintu tampak tertutup bagi Rasulullah. Tapi beliau tak segan untuk mengetuk pintu yang sama dan menyampaikan dakwah yang sama berulang kali. Setelah harapan terhadap penduduk Mekah mulai meredup, Rasulullah pun bergerak menuju Thaif. Sebuah kota wisata yang banyak memiliki taman. Namun penduduk Thaif yang rupanya telah dibutakan oleh kenikmatan, menyambut kedatangan Rasulullah dengan penghinaan yang jauh melampaui apa yang dilakukan penduduk Mekah. Anak-anak Thaif berkumpul bersama orang-orang dungu untuk kemudian melempari Rasulullah dengan batu. Ya. Mereka melemparkan batu ke arah sang Kebanggaan Semesta yang bahkan para malaikat malu menatap wajahnya yang mulia. Penduduk Thaid lalu mengusir Rasulullah sambil terus memaki dan menghujani tubuh beliau dengan batu, sampai-sampai meski Zaid ibn Haritsah –anak angkat Rasulullah- berusaha menjadi pagar pelindung bagi Rasulullah, tapi derasnya terjangan batu tetap mengenai tubuh beliau yang agung sehingga berdarah. Dari tengah kota, Rasulullah menyelamatkan diri ke daerah pinggiran sampai akhirnya beliau tiba di sebuah taman. Pada saat itulah Jibril muncul seraya menyatakan kepada Rasulullah bahwa dia siap mengangkat gunung untuk ditimpakan kepada orang-orang Thaif yang telah menyakiti beliau. Tapi Rasulullah menolak tawaran Jibril itu meski beliau pun masih memendam kekesalan. Rupanya Rasulullah masih menaruh harap kalau-kalau di satu saat nanti ada penduduk Thaif yang mau beriman kepada beliau. Rasulullah kemudian menengadahkan tangan ke langit seraya berdoa “Wahai Allah, hanya kepada-Mu aku mengadukan lemahnya diriku, sedikitnya dayaku, dan penghinaan manusia terhadap diriku. Wahai Zat yang paling penyayang di antara yang penyayang, Engkau adalah Tuhan bagi orang-orang yang lemah. Engkaulah Tuhanku. Lalu kepada siapa lagi aku meminta pertolongan? Apakah kepada yang jauh yang akan membuatku murung? Ataukah kepada musuh yang Kau telah beri kuasa pada mereka atas diriku? Jika memang Kau tidak murka pada diriku, maka aku tak peduli apa-apa lagi. Tetapi tentu karunia-Mu lebih terasa lapang bagiku. Aku berlindung dengan cahaya wajah-Mu yang menghapus segala kegelapan dan akan membuat semua perkara dunia dan akhirat akan terselesaikan, daripada akan turun padaku murka-Mu atau ditimpakan padaku murka-Mu. Bagimulah segala jalan keridhaan, dan tiada daya upaya serta kekuatan melainkan hanya pada-Mu.” Di tempat itulah Rasulullah dilihat oleh dua anak Rabi’ah bernama Utbah dan Syaibah yang menaruh iba atas apa yang terjadi pada diri beliau. Utbah dan Syaibah lalu memanggil budak mereka yang bernama Addas[2] yang kebetulan beragama Nasrani. Kedua pemuda itu berkata “Letakkanlah setandan anggur ini di atas pinggan lalu berikanlah kepada lelaki itu dan persilakan ia untuk menyantapnya.” Addas mematuhi perintah itu dan menghidangkan anggur milik tuannya kepada Rasulullah Saw. “Makanlah,” ujar Addas. Rasulullah mengulurkan tangannya untuk mengambil anggur seraya berucap “Bismillâh…” dan beliau pun menyantap anggur yang tersaji. Ketika mendengar bacaan basmalah yang diucapkan Rasulullah, Addas terkejut dan kemudian berkata “Demi Allah, ucapan seperti itu tidak pernah diucapkan oleh penduduk negeri ini.” Rasulullah Saw. lalu berkata “Darimanakah asalmu? Apa agamamu?” Addas menjawab “Agamaku Nasrani, dan aku berasal dari Ninawa.” Rasulullah lalu berkata lagi “Ternyata kau berasal dari negerinya seorang laki-laki saleh bernama Yunus ibn Matta.” Addas kembali berkata “Apa yang kau ketahui tentang Yunus ibn Matta?” Rasulullah menjawab “Dia adalah saudaraku. Dia adalah seorang nabi, sebagaimana aku juga seorang nabi.” Demi mendengar ucapan Rasulullah Saw. itu, tiba-tiba Addas menundukkan tubuhnya dan mencium kepala, kedua tangan, dan kedua kaki Rasulullah Saw.” Melihat itu, salah seorang putra Rabi’ah berkata kepada saudaranya “Tampaknya budakmu itu telah rusak akalnya.” Ketika Addas mendekat, kedua majikannya berkata “Celakalah kau Addas! Kenapa kau cium kepala, tangan, dan kaki lelaki itu?!” “Wahai Tuanku,” jawab Addas, “Tak ada sesuatu pun di muka bumi yang lebih baik daripada orang itu. Dia telah memberi tahu aku tentang sesuatu yang hanya diketahui oleh seorang nabi.”[3] Sungguh seandainya bukan karena peristiwa di kebun milik Rabi’ah itu, tentulah Rasulullah akan meninggalkan Thaif dengan duka mendalam. Bukan disebabkan perlakuan buruk penduduk kota itu terhadap dirinya, melainkan karena Rasulullah sama sekali tidak diberi kesempatan untuk menyampaikan dakwah. Setelah peristiwa di kebun itu, Rasulullah pun gembira karena telah berhasil membuka jalan hidayah bagi seorang budak bernama Addas. Kalau boleh dikatakan, Rasulullah Saw. adalah laksana merpatinya para nabi Yamâmah al-Anbiyâ` yang tidak pernah berhenti mencari hati manusia-manusia bersih yang terbuka bagi kebenaran serta wajah-wajah yang siap menyongsong hidayah. Ketika berhasil menemukannya, beliau pun menukik ke bawah untuk menuangkan isi cawan hidayah yang beliau bawa. Demikianlah yang Rasulullah lakukan seiring dengan semakin kerasnya serangan dan semakin menggilanya kaum kafir yang menentang beliau. Seiring dengan kegilaan kaum kafir ketika berhadapan dengan kebangkitan Islam di timur dan barat, kegilaan mereka semakin menjadi ketika melihat pengikut Rasulullah semakin bertambah dari waktu ke waktu. Kegilaan itulah yang membuat orang-orang kafir mengira bahwa mereka akan mampu memadamkan cahaya Allah. Tapi tak mungkin! Semua upaya yang mereka lakukan tidak lebih dari seperti ketololan orang-orang yang berusaha memadamkan sinar matahari dengan ucapan mereka. Padahal cahaya yang dibawa Rasulullah kala itu, jauh lebih kuat dibandingkan cahaya matahari, karena ia berasal dari cahaya Allah. Kebodohan orang-orang kafir ini dilukiskan oleh al-Qur`an dalam ayat yang berbunyi “Mereka berkehendak memadamkan cahaya agama Allah dengan mulut ucapan-ucapan mereka, dan Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan cahaya-Nya, walaupun orang-orang yang kafir tidak menyukai.” QS al-taubah [9] 32. Di abad dua puluh, di masa kini, kita masih dapat merasakan gelora membara di dalam jiwa kita yang berasal dari api yang dulu disulut oleh Rasulullah. Saat ini ada jutaan manusia yang siap memikul semangat Rasulullah di pundak mereka demi mengagungkan agama Islam. Rupanya, Allah berkenan terus memperbarui cahaya ajaran Muhammad dan melanjutkan kesinambungan mata rantai emas dakwah Islam. Sementara segala bentuk kedengkian, angkara murka, penindasan, dan bahkan makar serta tipu muslihat yang dilancarkan kaum kafir, ternyata tak pernah bisa menghentikan gerak laju penyebaran Islam. Ya. Benih-benih yang telah disemai dengan keikhlasan ini kelak akan tumbuh, baik cepat maupun lambat. Kalau pun bukan hari ini, maka esok pasti akan muncul ke permukaan. Cahaya yang dulu dinyalakan oleh Rasulullah Saw. takkan pernah padam. Sekarang mari kita kembali ke Rasulullah Setelah menyadari bahwa ternyata kota Mekah belum siap menerima dakwahnya, Rasulullah pun berhijrah ke Madinah untuk melanjutkan penyebaran hidayah Islam di kota itu. Hanya saja, di Madinah Rasulullah harus berurusan dengan kaum Yahudi dan orang-orang munafik. Di tempat baru inilah Rasulullah kembali harus memimpin serangkaian peperangan melawan kaum kafir hingga beberapa gigi beliau harus tanggal, wajah beliau terluka, serta menderita dalam pertempuran. Di kota Madinah Rasulullah juga harus mengalami kelaparan yang parah sampai-sampai beliau harus mengikatkan beberapa butir batu ke perut beliau demi menahan lapar. Demikianlah Rasulullah terus bergerak maju tanpa istirahat atau sekedar melambatkan langkah. Sang Kekasih Allah itu sama sekali tak pernah melepaskan panji-panji dakwah yang beliau genggam. Tak pernah sedetik pun Rasulullah berhenti melakukan tablig dan menjelaskan agama Allah kepada umat manusia dengan sebaik-baiknya. Selama tinggal di Madinah, tak pernah sekali pun Rasulullah mengabaikan tugas membimbing kaum muslimin di tengah kesibukan beliau yang bertumpuk sebagai kepala negara. Arkian, ketika seorang badui datang untuk bertanya tentang sebuah masalah yang sebenarnya telah beliau jelaskan ratusan kali, tak secuil pun ada perasaan kesal di hati beliau. Alih-alih, beliau akan menjelaskan masalah yang ditanyakan itu dengan suka-cita dan penuh kasih. Sebagaimana kita tahu, yang dimaksud dengan tablig al-tablîgh adalah membimbing umat ke jalan yang lurus. Jadi para hakikatnya, tablig adalah rahasia yang tersimpang di balik diutusnya sang Pemimpin para Nabi. Inilah jalan lurus yang telah diketahui dan wajib diketahui oleh setiap mukmin dengan sebaik-baiknya. Sekurangnya empat puluh kali setiap hari kita memohon kepada Allah agar berkenan menunjukkan jalan lurus yang ditempuh para nabi, shiddîqûn, syuhada, dan orang-orang saleh serta agar Dia berkenan menghantarkan kita semua ke tujuan yang telah mereka capai. Tapi jalan yang lurus al-shirâth al-mustaqîm adalah sebuah jalan yang sangat panjang di mana setiap kita memiliki jatah pada bagian mana dari jalan itu yang dapat kita tempuh. Itulah sebabnya Rasulullah sang Nabi Terakhir diutus sebagai rahmat bagi semesta alam. Allah berfirman “Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk menjadi rahmat bagi semesta alam.” QS al-Anbiyâ` [21] 107; di samping beliau juga diutus untuk menjadi saksi, pembawa berita gembira, dan pemberi peringatan sebagaimana yang disebutkan oleh ayat al-Qur`an “Hai Nabi sesungguhnya kami mengutusmu untuk jadi saksi, pembawa kabar gembira, dan pemberi peringatan.” QS al-Ahzâb [33] 45. Rasulullah yang harus memikul beban berat dakwah kenabian selama dua puluh tiga tahun, terbukti berhasil menunaikan tugas tersebut dengan gemilang sehingga sulit ditemukan bandingannya dalam sejarah. Dengan semangat baja dan rasa cinta kepada Allah yang membara, Rasulullah terus maju menggapai tujuan akhir yang diberkahi oleh Allah Swt. Di penghujung usianya, Rasulullah melaksanakan Haji Wada’, satu-satunya haji yang beliau lakukan. Dan karena Rasulullah melaksanakan ibadah umrah dan haji sekaligus, maka kaum muslimin pun menyebut ibadah haji yang beliau lakukan dengan istilah Haji Akbar.[4] Dalam pelaksanaan ibadah ini, Rasulullah mengendarai unta dan menyampaikan kembali beberapa hal yang beliau anggap perlu untuk disampaikan ulang seperti perkara pembunuhan, fidyah, dan hak-hak wanita. Beliau juga menyinggung masalah riba, hubungan antarsuku bangsa, dan berbagai masalah lainnya. Saat itu, setiap kali Rasulullah selesai menyampaikan sebuah masalah, beliau meminta kesaksian dari semua yang hadir dengan bersabda “Bukankah aku telah menyampaikan hal ini?” Para sahabat pun menjawab “Ya. Kami bersaksi kau sudah menyampaikan itu dan kau telah menunaikan tugasmu dan memberi kami nasehat.” Lalu Rasulullah mengacungkan jari ke langit dan kemudian mengarahkannya kepada para sahabat seraya berujar “Wahai Allah saksikanlah. Wahai Allah saksikanlah. Wahai Allah saksikanlah.”[5] Sungguh Rasulullah memang telah menunaikan tugas dengan sempurna dan beliau bertablig dengan cara terbaik. Itulah sebabnya di penghujung hayatnya Rasulullah merasa tenang, tenteram, dan siap untuk bertemu dengan Tuhannya. Rasulullah adalah sosok yang sangat baik dalam mengawasi dirinya sendiri. Ituah sebabnya di sepanjang hidupnya beliau selalu menjaga diri dengan bertanya “Apakah aku mampu menyampaikan risalah sebagaimana seharusnya? Apakah aku hidup untuk mewujudkan tujuan yang telah membuatku diutus Allah kepada umat manusia?” [1] “Semua nabi bersaudara dari garis ayah. Ibu mereka beragam. Agama mereka satu.” Maksud hadits ini adalah bahwa para nabi bersaudara dari garis ayah meski mereka berbeda dari garis ibu. Mereka juga bersepakat pada masalah dasar agama ushûl al-dîn yaitu akidah tauhid dan mereka berbeda dalam masalah cabang furû’iyyah. Lihat al-Bukhari, al-Abiyâ`, 48; Muslim, al-Fadhâ`il, 145.[2] Dikenal pula dengan nama “Edas”, penerj-[3] Al-Bukhari, Bad` al-Khalq, 7; Muslim, al-Jihâd, 111; al-Bidâyah wa al-Nihâyah, Ibnu Katsir 3/166; al-Sîrah al-Nabawiyyah, Ibnu Hisyam 2/60-63.[4] Haji Akbar adalah haji yang dilakukan dengan cara merangkai umrah dan haji sekaligus. Saat ini, banyak umat Islam yang salah mengartikan bahwa yang dimaksud Haji Akbar adalah ibadah haji yang hari pelaksanaan wukufnya jatuh pada hari Jum’at.[5] Al-Bukhari, al-Hajj, 132, al-Maghâzî, 77; Muslim, al-Hajj, 147; Ibnu Majah, al-Manâsik, 84; Abu Daud, al-Manâsik, 56. Seorangyang beriman ialah ia yang mampu menepati janjinya. Sebaliknya, orang tidak beriman akan beringkar janji. Tiap-tiap dari mereka akan menanggung akibat dan risiko dari sifatnya. Pelajaran lain yang dapat dipetik umat manusia bahwa mengikuti tuntunan Allah SWT dan mengikuti rasul-Nya akan membawa kita menemukan kebaikan. (Aiw/H-3) Sesungguhnya Allah Ta’ala menciptakan alam semesta tidaklah dengan sia sia atau tanpa hikmah di balik penciptaan tersebut yakni penciptaan dunia menurut islam. Akan tetapi Allah memiliki maksud dan tujuan yang mulia. Allah Ta’ala berfirman “Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antaranya keduanya tanpa hikmah” QS. Shaad 27Adapun hikmah dari penciptaan jin dan manusia di alam semesta ini adalah agar mereka beribadah kepada Allah dan tidak mensekutukan Nya atau melakukan amalan masuk surga tanpa dihisab. Allah Ta’ala berfirman “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia kecuali agar mereka menyembah Ku”. QS. Al Dzariyat 56Inilah tujuan yang agung dari penciptaan jin dan manusia, yaitu agar mereka hanya beribadah kepada Allah agar terhindar dari jenis neraka dalam islam. Hal ini menunjukkan bahwa tidaklah Allah menciptakan mereka karena Allah butuh kepada mereka, akan tetapi justru merekalah yang membutuhkan Allah. Dan ayat ini menunjukkan pula tentang wajibnya manusia dan jin untuk mentauhidkan Allah dan barang siapa mengingkarinya maka ia termasuk orang yang kafir, yang tidak ada balasan baginya kecuali itu Ibadah?Arti Ibadah secara bahasa adalah tunduk dan menghinakan diri serta khusyu’ agar masuk jenis surga dalam islam. Di dalam kamus Al Mu’jam Al Wasith ibadah artinya ”tunduk kepada Tuhan yang menciptakan”. Imam Al Qurthuby berkata ”Asal ibadah ialah tunduk dan menghinakan diri”. Secara istilah arti ibadah adalahsebagaimana perkataan Ibnu Katsir “Ibadah adalah taat kepada Allah dengan melaksanakan hal hal yang diperintahkan dan menjauhi hal hal yang dilarang”. Kemudian Ibnu Taimiyah berkata “Ibadah ialah sesuatu yang mencakup semua perkara yang dicintai dan diridhoi Allah berupa perkataan atau perbuatan yang nampak atau pun tidak nampak” serta melakukan keutamaan istiqomah dalam Hukum Ibadah?Hukum asal dari ibadah adalah haram kecuali ada dalil. Maksudnya adalah semua bentuk ibadah adalah haram untuk dikerjakan kecuali kalau ada dalil dari Al Qur’an Al Karim atau Hadits Shohih yang mewajibkannya atau mensunahkannya. Seperti sholat, puasa, zakat, haji adalah haram dikerjakan pada asalnya, namun dikarenakan ada dalil yang mewajibkannya maka hukumnya menjadi wajib untuk tentang wajibnya sholat dan zakat adalah firman Allah Ta’ala “Dirikanlah sholat dan tunaikanlah zakat” QS. Al Baqoroh 83 Dalil tentang kewajiban puasa adalah firman Allah Ta’ala “Hai orang orang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang orang sebelum kalian agar kalian bertakwa” QS. Al Baqoroh 183 Dalil tentang kewajiban haji adalah firman Allah Ta’ala Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah yaitu bagi orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah”. QS. Ali Imran 97 Kemudian sabda Nabi shallallahu alaihi wasallam “Islam dibangun di atas lima perkara, yaitu persaksian bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah semata dan persaksian bahwa Muhammad adalah hamba dan rasul –Nya, mendirikan sholat, menunaikan zakat, puasa romadhon dan pergi haji”. [ HR. Bukhari dan Muslim]Syarat Diterimanya Ibadah dalam IslamIbadah seorang hamba yang muslim akan diterima dan diberi pahala oleh Allah apabila telah memenuhi syarat utama berikut ini, yaitu IKHLASIkhlas merupakan salah satu makna dari syahadat bahwa tiada sesembahan yang berhak disembah selain Allah I’ yaitu agar menjadikan ibadah itu murni hanya ditujukan kepada Allah semata. Allah berfirman “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada Nya dalam menjalankan agama”. [QS. Al Bayyinah 5].“Maka beribadahlah kepada Allah dengan memurnikan ketaatan mu untuk Nya.” [QS. Az Zumar 2] Kemudian Rasulullah r bersabda “Sesungguhnya Allah tidak menerima suatu amal perbuatan kecuali yang murni dan hanya mengharap ridho Allah”. [HR. Abu Dawud dan Nasa’i]TIDAK SYIRIKLawan daripada ikhlas adalah syirik menjadikan bagi Allah tandingan/sekutu di dalam beribadah, atau beribadah kepada Allah tetapi juga kepada selain Nya. Contohnya riya’ memperlihatkan amalan pada orang lain, sum’ah memperdengarkan suatu amalan pada orang lain, ataupun ujub berbangga diri dengan amalannya. Kesemuanya itu adalah syirik yang harus dijauhi oleh seorang hamba agar ibadahnya itu diterima oleh Allah . Sebagaimana sabda Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam“Sesungguhnya sesuatu yang paling aku takutkan terjadi pada kalian adalah syrik kecil”, para sahabat bertanya “Wahai Rasulullah, apa itu syirik kecil ? Rasulullah menjawab “Riya’”. [HR. Ahmad] Kemudian firman Allah tentang larangan syirik ialah, “Janganlah kamu mengadakan sekutu sekutu bagi Allah padahal kalian mengetahui”. [QS. Al Baqoroh 22]TAUBAT DARI DOSA DOSAOrang yang rajin beribadah kepada Allah namun dalam waktu yang bersamaan ia belum bertaubat dari perbuatan syirik dengan berbagai bentuknya, maka semua amal ibadah yang telah dikerjakannya menjadi terhapus dan ia menjadi orang yang merugi di akhirat kelak, sebagaimana firman Allah Ta’ala“Seandainya mereka mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan”. [QS. Al An’aam 88] “Dan Sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada nabi nabi yang sebelummu. “Jika kamu mempersekutukan Tuhan, niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu Termasuk orang orang yang merugi”. [QS. Az Zumar 65]SESUAI TUNTUNAN SYARIATAl Ittiba’ Mengikuti Tuntunan Nabi Muhammad merupakan salah satu dari makna syahadat bahwa Muhammad adalah utusan Allah, yaitu agar di dalam beribadah harus sesuai dengan ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad . Setiap ibadah yang diadakan secara baru yangtidak pernah diajarkan atau dilakukan oleh Nabi Muhammad maka ibadah itu tertolak, walaupun pelakunya tadi seorang muslim yang mukhlis niatnya ikhlas karena Allah dalam beribadah. Karena sesungguhnya Allah telah memerintahkan kepada kita semua untuk senantiasa mengikuti tuntunan Nabi Muhammad dalam segala hal, dengan firman Nya “Dan apa apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia, dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah”.[QS. Al Hasyr 7] Dan Allah Ta’ala berfirman “Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu”. [QS. Al Ahzaab 21]Dan Rasulullah juga telah memperingatkan agar meninggalkan segala perkara ibadah yang tidak ada contoh atau tuntunannya dari beliau, sebagaimana sabda beliau “Barang siapa mengamalkan suatu amalan yang tidak ada urusannya dari kami maka amal itu tertolak”. [HR. Muslim]NIAT KARENA ALLAH“Barang siapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya maka hendaklah ia mengerjakan amal yang shaleh dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Tuhannya”. [QS. Al Kahfi 110] Berkata Ibnu Katsir di dalam menafsirkan ayat ini “Inilah landasan amal yang diterima dan diberi pahala oleh Allah, yaitu harus ikhlas karena Allah dan benar / sesuai dengan syari’at Rasulullah .”Jadi syarat ini haruslah ada pada setiap amal ibadah yang kita kerjakan dan tidak boleh terpisahkan antara yang satu dan yang lainnya. Mengenai hal ini berkata Al Fudhoil bin Iyadh “Sesungguhnya andaikata suatu amalan itu dilakukan dengan ikhlas namun tidak benar tidak sesuai dengan tuntunan Nabi Muhammad , maka amalan itu tidak diterima. Dan andaikata amalan itu dilakukan dengan benar sesuai dengan tuntunan Nabi tapi tidak ikhlas, juga tidak diterima, hingga ia melakukannya dengan ikhlas dan benar. Ikhlas semata karena Allah, dan benar apabila sesuai dengan tuntunan Nabi ”.Maka barang siapa mengerjakan suatu amal dengan didasari ikhlas karena Allah semata dan cocok dengan tuntunan Rasulullah niscaya amal itu akan diterima dan diberi pahala oleh Allah. Akan tetapi kalau hilang salah satu dari dua syarat tersebut, maka amal ibadah itu akan tertolak dan tidak diterima oleh Allah I. Hal inilah yang sering luput dari perhatian orang banyak karena hanya memperhatikan satu sisi saja dan tidak memperdulikan yang lainnya. Oleh karena itu sering kita dengar mereka mengucapkan “yang penting niatnya, kalau niatnya baik maka amalnya akan baik”.TIDAK BID’AHJika seseorang melakukan suatu ibadah kepada Allah dengan sebab yang tidak di syari’atkan, maka ibadah tersebut adalah bid’ah dan tertolak. Contohnya ada orang melakukan sholat Tahajjud khusus pada malam 27 Rajab dengan dalih bahwa malam itu adalah malam Isro Mi’rajnya Nabi Muhammad . Sholat Tahajjud adalah ibadah yang dianjurkan, tetapi karena dikaitkan dengan sebab tersebut yang tidak ada syari’atnya, maka ia menjadi bid’ DENGAN ATURANIbadah harus sesuai dengan syari’at dalam jenisnya. Contohnya bila seseorang menyembelih kuda atau ayam pada hari Iedul Adha untuk korban, maka hal ini tidak sah karena jenis yang boleh dijadikan untuk korban adalah unta, sapi dan JUMLAH YANG TEPATKalau ada orang yang menambahkan rokaat sholat yang menurutnya hal itu diperintahkan, maka sholatnya itu adalah bid’ah dan tidak diterima oleh Allah. Jadi apabila ada orang yang sholat Dhuhur 5 rokaat atau sholat Shubuh 3 rokaat dengan sengaja maka sholatnya tidak diterima oleh Allah karena tidak sesuai dengan tuntunan Nabi TATA CARA YANG BENARSeandainya ada orang berwudhu dengan membasuh kaki terlebih dulu baru kemudian muka, maka wudhunya tidak sah karena tidak sesuai dengan tata cara yang telah disyari’atkan oleh Allah dan Rasul Nya di dalam Al Qur’an Al Karim dan Al Hadits Asy WAKTU YANG DIANJURKANApabila ada orang yang menyembelih korban sebelum sholat hari raya Idul Adha atau mengeluarkan zakat Fitri sesudah sholat hari raya Idul Fitri, atau melaksanakan shalat fardhu sebelum masuk atau sesudah keluar waktunya, maka penyembelihan hewan korban dan zakat Fitrinyaserta shalatnya tidak sah karena tidak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan oleh syari’at Islam, yaitu menyembelih hewan korban dimulai sesudah shalat hari raya Idul Adha hingga sebelum matahari terbenam pada tanggal 13 Dzul Hijjah hari Tasyriq ketiga, dan mengeluarkan zakat Fitri sebelum dilaksanakannya sholat Idul TEMPAT YANG TELAH DITETAPKANApabila ada orang yang menunaikan ibadah haji di tempat selain Baitulah Masjidil Haram di Mekah, atau melakukan i’tikaf di tempat selain masjid seperti di pekuburan, gua, dll, maka tidak sah haji dan i’tikafnya. Sebab tempat untuk melaksanakan ibadah haji adalah di Masjidil Haram saja, dan ibadah i’tikaf tempatnya hanya di dalam yang dapat penulis sampaikan, semoga menjadi wawasan bermanfaat, sampai jumpa di artikel berikutnya, terima kasih.
Beliaupernah merasakan dada yang sempit dan menahan beban yang berat. Beliau pernah dikucilkan, diblokade, disiksa, dikejar-kejar, dan diperangi. Dada siapa yang tidak akan sempit bila kebaikan dibalas dengan kejahatan. Beban apa yang lebih berat dari beban batin dilempari dengan kotoran manusia, dengan batu, dan dengan caci maki.
Lori Official Writer Kita semua butuh bimbingan. Tapi siapa yang kita ijinkan untuk memengaruhi hidup kita? Ada banyak suara aneh di dunia yang berteriak meminta perhatian dan menawarkan diri untuk membantu kita lepas dari masalah yang kita alami. Tapi, tahukah kamu suara itu bisa saja malah menyesatkan kita. Satu-satunya suara yang bisa memberi kita tuntunan adalah Allah sendiri. Tapi supaya Dia mau menuntun kita, kita perlu mendengarNya, percaya kepadaNya dan menaatiNya. Ada empat hal yang perlu kita lakukan untuk menerima tuntunan Tuhan, diantaranya1. Mengikuti instruksi TuhanWalaupun kadang instruksi Tuhan kedengaran gak masuk akal, tapi kita harus mau mengikutinya. Bisa saja Dia meminta kita untuk melakukan sesuatu yang gak masuk akal dan di luar dari kemampuan kita. Bahkan sekalipun kita merasa takut. Tapi disaat dalam kondisi itulah Dia biasanya akan membawa kita pada tujuan-Nya. Sama seperti Yosua saat Tuhan memerintahnya untuk menaklukkan tembok Yerikho hanya dengan mengitarinya sebanyak tujuh kali. Yosua sendiri pasti berpikir perintah itu aneh, tapi dia taat melakukannya. Tuhan tahu persis apa yang dilakukanNya. Dan melalui cara aneh itu sendiri, Yosua memperoleh kemenangan. Hal ini membuktikan kalau kita gak bisa membatasi caraNya bekerja atas BeraniSaat Tuhan memanggil Yosua untuk menyelesaikan tugas besarnya memimpin orang Israel, Tuhan menyuruhnya untuk tetap Kuat dan teguh’ Yosua 1 9. Hal yang sama juga berlaku atas kita hari ini. Keberanian adalah faktor yang sangat penting dalam hidup yang dituntun Tuhan. Bahkan saat kita takut menghadapi tantangan yang ada di depan mata kita, kita perlu terus mendengar Dia dan percaya kalau Tuhan sendiri setia menyertai Juga Banyak Orang Merasa Bicara Dengan Orang Tuli, Jadi Pendengar Itu Memang Sulit!3. Hadapi konflikKadang ketaatan kita bisa menimbulkan konflik dengan orang lain. Inilah yang terjadi kepada rasul Petrus dan rasul-rasul lainnya saat mereka memberitakan tentang Yesus di Yerusalem. Hal itu membuat mereka harus berhadapan dengan pengadilan. Tapi mereka memilih untuk berani menghadapinya. “Tetapi Petrus dan rasul-rasul itu menjawab, katanya "Kita harus lebih taat kepada Allah dari pada kepada manusia.” Kisah Para Rasul 5 29Kalau saja kita berhenti melakukan apa yang Tuhan katakan setiap kali ada orang yang keberatan, kita gak akan pernah memenuhi Mau dikoreksi dengan rendah hatiMungkin ada saat-saat dimana Tuhan mengubah jalan hidup kita. Selama perjalanan misi Paulus, Tuhan sendiri seolah mengalihkan beberapa perjalanannya. Sampai pada akhirnya dia tahu kemana Tuhan mau membawanya Kisah 16 6-10. Hal ini mengingatkan kita supaya kita jangan terpatok dengan rencana-rencana kita sendiri. Sebaliknya, menyerahkan semuanya kepada Tuhan sehingga Roh Kudus akan leluasa mengarahkan kita kepadapun Tuhan kita hidup, tugas kita adalah menaati Dia dan menyerahkan semua hal yang akan kita alami kepada Dia. Karena Dia sendiri sudah berjanji untuk membimbing kita, maka kita gak perlu takut untuk mengikuti Dia. Gak ada yang gak bisa Tuhan lakukan kalau kita mau mendengar, percaya dan menaati-Nya. Sumber Halaman 1

Ayatayat dan hadits-hadits tersebut di atas telah menegaskan akan wajibnya mengikuti tuntunan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dalam beramal. Barang siapa yang beramal tidak sesuai dengan tuntunan Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam maka amalannya akan ditolak alias tidak diterima, meskipun amalannya besar, meskipun amalan itu telah membudaya di kalangan kaum muslimin ataupun amalan tersebut kelihatannya menurut kaca mata sebagian orang baik. Pendek kata yang harus dijadikan

Oleh Abdul Gaffar Ruskhan ‎السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ Apa kabar saudaraku? Semoga Allah senantiasa menganugerahi kita kesehatan yang prima, meneguhkan keimanan kita, menjadikan kita sebagai umat Nabi Muhammad saw. yang taat dan setia kepadanya. Amin! Allah SWT berfirman, قُلْ إِن كُنتُمْ تُحِبُّونَ اللّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللّهُ غَفُورٌ رَّحِيمٌ. قُلْ أَطِيعُواْ اللّهَ وَالرَّسُولَ فإِن تَوَلَّوْاْ فَإِنَّ اللّهَ لاَ يُحِبُّ الْكَافِرِين “Katakanlah, Jika kamu benar-benar mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.’ Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Katakanlah, Taatilah Allah dan Rasul-Nya. Jika kamu berpaling, sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir.” Ali Imran 31–32 Seseorang baru dikatakan muslim apabila dia telah mengikrarkan dua kalimat syahadah Asyhadu anlaa ilaha illah waasyhadu anna muhammadan rasulullah. Dua kalimat itu memiliki konsekuensi bahwa ia mengakui bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah Rasululullah. Pengakuan itu mewajibkan muslim untuk menaati Rasulullah saw. Ayat tersebut memerintahkan kita sebagai orang beriman untuk mengikuti Nabi Muhammad saw. sebagai bukti kecintaan kita kepada Allah SWT. Hal itu menunjukkan bahwa kecintaan kepada Allah SWT mengandung konsekuensi membenarkan apa yang dibawa oleh Rasululah dan menaati perintahnya. Jika hal itu kita lakukan, Allah SWT akan mengasihi kita dan menghapus segala dosa kita. Selanjutnya, Allah SWT menegaskan kembali dengan perintah-Nya kepada kita untuk menaati Allah SWT dan Rasulullah saw. Jika ada di antara manusia yang berpaling dari ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya, Allah SWT begitu marah kepadanya karena Allah SWT yang menyukai orang-orang menentang Allh SWT dan Rasul-Nya. Siapa yang yang menaati Rasullullah pada hakikatnya menaati Allah SWT. Hal itu dijelaskan pada ayat yang lain, مَنْ يُطِعِ الرَّسُولَ فَقَدْ أَطَاعَ اللَّهَ “Siapa yang menaati Rasul sesungguhnya telah menaati Allah.” An-Nisaa 80 Ketaatan kepada Rasulullah akan berkaitan dengan keaatan terhadap risalah kerasulannya. Risalah kerasulannya menghadirkan agama yang hak yang didukung oleh wahyu Allah SWT berupa Al-Qur’an yang dijadikan sebagai pedoman hidup manusia. Ketaatan tidak akan bermakna jika tidak mengikuti segala yang diperintahkan oleh Rasulullah dan menghentikan apa yang dilarangnya. Sebetulnya, apa yang diperintahkan oleh Rasululah saw. merupakan perintah dari Allah SWT. Sebaliknya, apa yang dilarang oleh Rasulullah saw. hakikatnya merupakan larangan Allah SWT. Itulah makna ayat bahwa siapa yang menaati Rasulullah sungguh menaati Allah SWT. Pada ayat lain Allah SWT berfirman, وَ مَاۤ اٰتٰىکُمُ الرَّسُوۡلُ فَخُذُوۡہُ ٭ وَ مَا نَہٰىکُمۡ عَنۡہُ فَانۡتَہُوۡا “Apa yang diberikan Rasul kepadamu terimalah dan apa yang dilarangnya bagimu tinggalkanlah.” QS Al-Hasyr 7 Perintah Rasulullah yang wajib dilaksanakan oleh muslim banyak sekali. Begitu pula yang dilarangnya juga banyak. Masing-masing berkaitan dengan hukum yang terkait dengan perintah dan larangan yang tidak dapat dipisahkan dengan perintah Allah SWT di dalam Al-Qur’an. Dengan demikian, setiap muslim harus setia untuk mengikuti perintah dan menionggalkan larangan Rasulullah saw. Hal itu juga berarti bahwa muslim tidak boleh menjadikan pendapat atau pandangan kiyai, mazhab, kelompok, jemaah, aturan politik, adat, budaya, warisan nenek moyang, sebagai panutan dan diterima begitu saja tanpa melihat dalil kesesuaiannya dengan Al-Qur;an dan sunah Rasulullah saw. Seorang muslim tidak bisa dikatakan muslim yang sempurna jika dia belum melaksanakan ubudiah penghambaan diri hanya untuk Allah saja dan menjadikan Rasulullah sebagai orang yang diikuti. Siapa yang menisbatkan diri kepada salah satu mazhab, kelompok. atau jamaah tidak akan swempurna ucapannya syahadatnya Asyhadu anna Muhammad Rasulullah. Taklid terhadap suatu pendapat atau mazhab merupakan sikap yang justru bertentangan dengan ketaatan kepada Rasulullah. Bahkan, para imam fikih, yakni Imam Abu Hanifat, Imam Malik, Imam Syafii, dan Ibnu Hambal menegaskan tidak perlunya mengikuti pendapar mereka jika pendapat itu bertentangan dengan pendapat Rasulullaah saw. Imam Abu Hanifah berkata, ”Haram bagi seseorang mengemukakan pendapat kami sampai dia mengetahui dari mana kami mengambilnya.” Imam Malik sambil memberikan isyarat ke arah makam Rasulullah saw. berkata, ”Semua orang, perkataannya bisa diambil dan bisa ditolak, kecuali perkataan orang yang ada di dalam kuburan ini,” yaitu Rasulullah saw. Sementara itu, Imam Syafi’i berkata, ”Jika ada hadis sahih, itulah mazhabku.” Bahkan, pada suatu hari, datang kepadanya seseorang dan berkata, “Wahai Imam, Rasulullah saw. bersabda begini dan begini sambil menyebutkan hadis dalam masalah ini. Lalu, apa pendapatmu, wahai Imam?” Maka, Imam Syafi’i marah besar dan berkata, ”Apakah engkau melihat saya keluar dari gereja? Apakah engkau melihatku keluar dari tempat peribadatan orang Yahudi? Engkau menyampaikan sabda Rasulullah saw. Maka, aku tidak berkata apa pun, kecuali seperti apa yang dikatakan oleh Rasulullah saw.” Salah satu muridnya, Yunus bin Abil A’la ash-Shadafi dalam satu majelis pernah ditanya tentang satu masalah. Maka, dia menjawabnya dengan hadis Rasulullah saw. Lalu, ada yang bertanya, ”Apa pendapat Imam Syafi’i dalam masalah tersebut?” Beliau menjawab, ”Mazhab Imam Syafi’i ialah hadis Rasulullah saw. karena saya pernah mendengar beliau berkata, ”Jika ada hadis sahih, itulah mazhabku.” Begitu pula Imam Ahmad. Beliau adalah orang yang selalu mengikuti asar dan dalil serta tidak pernah berdalil, kecuali dengan dalil firman Allah SWT dan sabda Rasulullah saw. Hal itu merupakan kewajiban bagi seorang alim, mufti, dan orang yang meminta fatwa. Allah SWT memerintahkan orang-orang yang tidak memiliki ilmu agar bertanya kepada orang yang berilmu. Firman Allah SWT, فَاسْأَلوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِنْ كُنْتُمْ لا تَعْلَمُونَ “Maka, tanyakanlah kepada orang-orang yang memiliki pengetahuan jika kalian tidak mengetahui.” QS An-Nahl 43 Ayat itu harus berlanjut dengan berikutnya, yakni بِالْبَيِّنَاتِ وَالزُّبُرِ “Dengan keterangan-keterangan dan kitab-kitab.” QS An-Nahl 44 Artinya, jika Anda tidak mengetahui, bertanyalah kepada orang yang mengetahui dengan disertai dalil, hujah, dan bukti. Itulah makna firman Allah SWT tersebut. Perdapat ulama dan mazhab yang diambil secara membabi buta dengan menyalahkan pendapat yang lain merupakan sikap yang tidak diinginkan oleh para imam mazhab karena hal itu bertentangan dengan semangat ketaatan terhadap Rasulullah saw. Namun, jika ada pembenaran dari Rasulullah tentang perbedaan pendapat merupakan rahmat dalam konteks tidak akan mengarah pada perpecahan dan merusak tatanan persatuan umat, hal itu dimungkinkan. Namun, tetap menghargai perbedaaan itu dalam kerangka kebersamaan dan persatuan umat. Oleh karena, jika pendapat yang berbeda dalam konteks ijtihad dapat dipandang sebagai rahmat. Rasulullah saw. bersabda, اختلاف أمتي رحمة “Perbedaan pendapat pada umatku adalah rahmat.” HR Baihaqi Sementara itu, sikap perbedaan pendapat yang mengarah kepada perpecahan umat harus dihindari karena bertentangan dengan firman Allah SWT, أَنْ أَقِيمُوا الدِّينَ وَلَا تَتَفَرَّقُوا فِيهِ “Tegakkanlah agama dan jangan kalian berpecah belah tentangnya.” QS Asy-Syura 13 Rasululah saw. sudah mengingatkan kepada sahabat bahwa suatu saat nanti akan ada orang yang mengingkari sunah. Kekhawatiran itu disebabkan akan ada yang mengatakan bahwa yang diterima adalah Kitabullah, sedangan sunah Rasulullah tidak diperlukan. “Aku akan mendapati salah satu dari kalian bersandar di atas kursinya sambil berkata, “Di hadapan kita ada Kitab Allah. Jika kita mendapatkan sesuatu yang halal di dalamnya, kita akan halalkan dan jika kami menemukan sesuatu yang haram, kami haramkan.’ Ketauhilah bahwa aku telah diberi sesuatu yang sama dengan Al-Qur’an.” HR Abu Daud dan Tirmidzi Hadis itu mengandung pengertian bahwa akan ada umat Nabi Muhamad saw. yang hanya akan menerima Al-Qur;an yang berbicara tentang halan dan haram. Sementara itu, sunah Rasulullah diabaikan , bahkan ditolak sama sekali. Hal itu akan terjadi menurut Rasulullah. Bahkan, saat ini sudah ada yang mengingkari sunah Rasulullah saw. dan hanya menerima Al-Qur’an sebagai sumber hukum dan dalil untuk menetapkan hukum. Para sahabat Rasulullah sangat memperhatikan sunah Rasul. Mereka merasa ada yang luput dari amalnya kalau ada sunah Rasulullah saw. yang belum dilaksanakannya. Itibak mengikuti contoh Rasululah menjadi hal yang menjadikan amalnya sempurna bagi mereka. Bahkan, suatu amal yang tidak ada contohnya dari Nabi saw. menjadi tidak bermakna dan ditolak. Abu Bakar ash-Shiddiq merasa akan takut tersesat jika tidak mengikuti amal yang dicontohkan Rasulullah saw. Dia berkata, “Aku tidak akan meninggalkan sesuatu pun dari amal yang diamalkan oleh Rasulullah saw., kecuali aku amalkan karena aku khawatir bila aku meninggalkan sesuatu dari sunahnya aku akan tersesat.” HR Bukhari No. 3093 Allah SWT berfirman, فَلۡيَحۡذَرِ ٱلَّذِينَ يُخَالِفُونَ عَنۡ أَمۡرِهِۦٓ أَن تُصِيبَهُمۡ فِتۡنَةٌ أَوۡ يُصِيبَهُمۡ عَذَابٌ أَلِيمٌ ٦٣ “Maka. hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah Rasul-Nya takut akan mendapat cobaan atau ditimpa azab yang pedih.” QS. An-Nuur 63 Dalam suatu hadis Rasulullah saw. bersabda, “Kehinaan dan kerendahan ditimpakan kepada orang-orang yang menyalahi sunahku.” HR Ahmad, II/50 dan 92 Ada tiga kelompok orang yang menyalahi atau menentang Rasulullah itu. Pertama, ada yang tidak meyakini kewajiban untuk menaati perintah Nabi saw. Hal itu, misalnya, segala penentangan yang dilakukan oleh orang-orang yang ingkar dan ahli kitab. Mereka akan berada dalam kehinaan dan kerendahan karena kekufuran mereka kepada Rasul. Kedua, ada yang meyakini kewajiban untuk taat kepada Rasulullah saw., tetapi menentang Rasul dengan melakukan kemaksiatan. Orang seperti ini mendapatkan bagian dari kehinaan dan kerendahan. Jadi, orang-orang jenis kedua ini menentang Rasul karena dorongan syahwat. Ketiga, ada yang menentang perintah Rasul karena dorongan syubhat. Mereka adalah para pengekor hawa nafsu ahlul ahwa’ dan ahli bidah. Mereka akan mendapat kehinaan, baik di dunia maupun di akhirat. Bahkan, di akhirat akan dimasukkan ke dalam neraka. Allah SWT berfirman, إِنَّ الَّذِينَ اتَّخَذُوا الْعِجْلَ سَيَنَالُهُمْ غَضَبٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَذِلَّةٌ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ۚ وَكَذَٰلِكَ نَجْزِي الْمُفْتَرِينَ “Sesungguhnya orang-orang yang menjadikan anak lembu sebagai sembahannya, kelak akan menimpa mereka kemurkaan dari Tuhan mereka dan kehinaan dalam kehidupan di dunia. Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang membuat-buat kebohongan.” QS Al-A’raf 152 Menaati Rasulullah dalam beramal disebut dengan itibak ittiba’. Itibak itu penting agar ibadah yang kita lakukan dan amal saleh yang kita kerjakan itu bernilai di sisi Allah SWT. Ada beberapa manfaat yang dapat kita peroleh jika kita itibak Nabi saw. dalam beribadah dan beramal. Pertama, dengan itibak kita akan mendapatkan balasan surga. Nabi saw. bersabda, مَنْ أَطَاعَنِي دَخَلَ الْجَنَّةَ وَمَنْ عَصَانِي فَقَدْ أَبَى “Siapa taat kepdaku yang niscaya ia akan masuk surga dan siapa yang bermaksiat kepadaku enggan untuk masuk surga. [HR Bukhari No. 6851 dari Abu Hurairah Kedua, dengan itibak kita akan memperoleh keberuntungan di dunia dan akhirat. Allah SWT berfirman, فَالَّذِينَ آمَنُوا بِهِ وَعَزَّرُوهُ وَنَصَرُوهُ وَاتَّبَعُوا النُّورَ الَّذِي أُنْزِلَ مَعَهُ ۙ أُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ “Adapun orang-orang yang beriman kepadanya, memuliakannya, menolongnya, dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya Al-Qur’an itulah orang-orang yang beruntung.” QS Al-A’raf157 Ketiga, dengan itibak kita akan memperoleh kehidupan yang baik di dunia dan akhirat. Allah SWT berfirman, مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَىٰ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً ۖ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ “Siapa mengerjakan kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan, dalam keadaan beriman pasti akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan kami beri balasan dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. QS An-Nahl 97 Ayat itu mengandung pengertian bahwa kebaikan yang dilakukan oleh laki-laki dan perempuan dijanjikan oleh Allah kehidupan yang lebih baik di dunia dan di akhirat kelak. Syaratnya mereka harus beramal mengikuti Al-Qur’an dan sunah Rasul-Nya dalam keadaan hatinya beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Baca Tafsir Ibnu Kasir, II/538 Akhirnya, kita sebagai umat Nabi Muhammad dituntut untuk selalu taat kepadanya karena menaatinya berarti kita menaati Allah SWT. Ketaatan itu merupakan kecintaan kita kepada Rasulullah saw. dan Allah SWT. Kiat berharap menjadi hamba yang setia mengikuti sunahnya. Amin! Wallahul-muwafiq ila aqwamit-tariaq. ‎والسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ Tangerang, 30 Juni 2020

Kehadirannabi dan rasul adalah bagian tak terpisahkan dari tugas manusia sebagai khalifah. Manusia tidak bebas untuk bertindak, melainkan mesti mengacu pada panduan dari Sang Maha Pencipta yang menghadirkannya di bumi. Allah swt menyerahkan pengelolaan dan pemakmuran bumi kepada manusia. Manusia bertugas memimpin sesama umat dengan adil, menegakkan hukum Allah, dan menciptakan kemaslahatan bagi manusia. Allah swt berfirman dalam Alquran,

Gelisah dan sedih ilustrasi. Orang yang Mengikuti Ajaran Rasul tak akan Bersedih Hati JAKARTA - Tujuan diutusnya para rasul adalah untuk menyampaikan kabar gembira dan memberikan peringatan kepada seluruh manusia. Para rasul diutus untuk menyampaikan kabar gembira yakni ajaran-ajaran Allah SWT sebagai pedoman bagi manusia sehingga mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Para rasul diutus untuk memperingatkan manusia sehingga tidak mempersekutukan Allah dan tidak membuat kerusakan di bumi. Orang-orang yang beriman dan mengikuti ajaran yang dibawa oleh para rasul maka Allah SWT akan menghilangkan ketakutan dan kesedihan pada dirinya dari segala apapun. Sebagaimana firman Allah SWT وَمَا نُرْسِلُ الْمُرْسَلِيْنَ اِلَّا مُبَشِّرِيْنَ وَمُنْذِرِيْنَۚ فَمَنْ اٰمَنَ وَاَصْلَحَ فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُوْنَ Para rasul yang Kami utus itu adalah untuk memberi kabar gembira dan memberi peringatan. Barangsiapa beriman dan mengadakan perbaikan, maka tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati. Orang-orang yang mengikuti ajaran para rasul dengan selalu mengerjakan amal saleh maka tidak akan memiliki kekhawatiran dalam diri akan mendapatkan azab di dunia sebagaimana orang-orang terdahulu yang mengingkari Allah dan rasul-Nya. Orang-orang yang mengikuti ajaran para rasul juga tidak akan sedih dan putus asa, dan tidak akan bersedih hati bila ditimpa musibah seperti meninggalnya anak atau salah satu anggota keluarganya, musnahnya sebagian atau seluruh hartanya, atau mereka ditimpa penyakit dan sebagainya. Mereka akan tabah dan sabar menghadapinya sebab mereka menyadari segala sesuatu telah ditentukan Allah SWT. Sebaliknya orang-orang yang kafir akan putus asa dan bersedih hati karena sesuatu cobaan yang kecil dari Allah. مَآ اَصَابَ مِنْ مُّصِيْبَةٍ فِى الْاَرْضِ وَلَا فِيْٓ اَنْفُسِكُمْ اِلَّا فِيْ كِتٰبٍ مِّنْ قَبْلِ اَنْ نَّبْرَاَهَا ۗاِنَّ ذٰلِكَ عَلَى اللّٰهِ يَسِيْرٌۖ ٢٢ لِّكَيْلَا تَأْسَوْا عَلٰى مَا فَاتَكُمْ وَلَا تَفْرَحُوْا بِمَآ اٰتٰىكُمْ ۗوَاللّٰهُ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُوْرٍۙ ٢٣ Setiap bencana yang menimpa di bumi dan yang menimpa dirimu sendiri, semuanya telah tertulis dalam Kitab Lauh Mahfuz sebelum Kami mewujudkannya. Sungguh, yang demikian itu mudah bagi Allah. Agar kamu tidak bersedih hati terhadap apa yang luput dari kamu, dan jangan pula terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong dan membanggakan diri. Alquran Surat Al Hadid 22-23
Manusiaselalu ingin tahu, sejak dulu banyak pertanyaan muncul dan sebagian pertanyaan tidak dapat jawaban sehingga agama yang dibawa Rasul melalui tuntunan Allah datang memberi jawaban. Manusia itu makhluk sosial yang tidak bisa memenuhi kebutuhannya sendiri. Laut lebih luas dari pada daratan, kebutuhan manusia lebih banyak daripada kemampuannya.
Oleh Ratna Ajeng TejomuktiMeneladani Rasul mesti dimulai dengan menelaah sirahnya."Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan yang baik." QS al-Ahzaab [33] 21 Keteladanan yang dicontohkan Rasulullah SAW mesti diikuti. Demikian kata Dosen Program Pascasarjana Universitas Ibnu Khaldun Bogor, Ustaz Mulyadi Kosim. Sebab, Rasul memiliki sifat yang patut dipelajari dari generasi ke generasi. Ada empat sifat wajib yang Rasul miliki. Optimalisasi keempat sifat tersebut menjadi kunci sukses dakwah hanya dalam tempo 23 itu, kata dia, berbeda dengan para nabi sebelumnya. Nabi Nuh AS, misalnya, perlu puluhan, bahkan hingga satu abad untuk mengajak kaumnya menerima hidayah. Sebab itu, sifat terpuji Rasul dapat diterapkan dalam kehidupan SAW memiliki sifat benar dan jujur sehingga amanah dan dapat dipercaya dan apa yang diamanahkan akan disampaikannya tanpa ada yang disembunyikan. Tiga sifat tersebut akan membentuk sosok Rasulullah SAW yang cerdas meskipun tidak dapat membaca dan merupakan sifat pertama yang dimiliki Rasulullah SAW. Shiddiq berarti benar. Sifat ini wajib dimiliki oleh seorang Rasulullah karena setiap perkataan dan perbuatan yang dilakukan harus di jalan yang diyakini umat Muslim terhadap Allah SWT harus didasarkan atas kebenaran dari tindakan, pemikiran, dan ibadah yang dilakukan Rasullullah. "Shiddiq energi berbuat amanah atas segala perintah-Nya,” tutur yang menjadi sifatnya pun memiliki pengertian yang luas. Rasul memiliki sifat amanah, artinya dapat melaksanakan tugas yang diemban, baik sebagai nabi, rasul, kepala keluarga, pemimpin, suami, ayah, dan orang yang hidup dengan sesama seorang khalifah, Rasul juga memiliki sifat amanah untuk memakmurkan alam semesta. Begitu juga dengan segala titipan yang diberikan padanya, baik fisik, ilmu, maupun umat. Rasul menyampaikan wahyu apa adanya tanpa ada yang dikurangi dan ditutup-tutupi. Ini sesuai dengan surah al-Mukminun ayat Mulyadi yang juga seorang kepala Sekolah Internasional Boarding School, sifat amanah merupakan bagian dari akhlak Rasulullah. Karena, negara akan tegak ketika memiliki bangsa amanah juga diterapkan rasul dalam bekerja dan beribadah. Setiap dia berdagang, tidak pernah merugi karena konsumen yang selalu percaya terhadapnya. Begitu juga umat yang percaya karena ibadahnya yang tidak pernah amanah tersebut diperkuat dengan sifat berikutnya, yakni tabligh, yang berarti penyampai. Segala sesuatu yang diterima olehnya sekecil apa pun akan disampaikan kepada umatnya. Sebab itu, Rasul pernah disindir landaran sempat menghiraukan seorang sahabat tunanetra yang ingin bergabung dengan dakwah. Begitu juga ketika Rasul ditegur dalam surah at-Tahrim ayat keempat adalah cerdas. Rasullulah memiliki kecerdasan yang tinggi meskipun tidak dapat membaca dan menulis. Kecerdasan yang dimiliki Rasul tidak hanya cerdas intelektual, tetapi juga spriritual dan emosional. Rasul memiliki kecerdasan yang luar biasa untuk mencerahkan tidak pernah belajar biologi, astronomi, dan sejarah. Namun, jelas dalam Alquran terdapat hal-hal yang berbicara mengenai ilmu perbintangan dan proses terciptanya bangsa Quraisy pun tidak mampu membuat tandingan degan sastra tertinggi yang terdapat dalam Alquran. Kecerdasannya telah membuktikan umatnya terus berkembang hingga saat sifat yang dimilikinya, umat Muslim perlu meneladaninya dan diterapkan dalam ibadah sehari-hari. Ibadah tidak hanya dilakukan hanya yang bersifat spiritual, tetapi juga mencakup aktivitas manusia dapat menjadi ibadah dan memiliki berbagi tiga kunci meneladani Rasul. Yaitu, keikhlasan beribadah, kesungguhan, dan kesesuaian dengan sunah. Ibadah yang dilakukan pun harus seimbang tidak hanya berhubungan dengan Allah SWT, tetapi juga dengan sesama manusia. "Ibadah Rasul bukan ibadah yang antisosial," kata itu, kata dia, agar sosok Rasul dapat hidup dalam kehidupan sehari-hari, jadikan figur Rasul sebagai idola dan teladan. Perbanyak menelaah sirah Rasulullah, baik lewat berbagai referensi buku maupun mendatangi majelis Majelis Taklim an-Nurmaniyah Kebon Jeruk Jakarta Barat, Ustazah Nurma Nugraha, menyatakan, kepribadian Nabi patut dipuji. Bahkan, Allah SWT pun memuji akhlak yang dimiliki oleh Nurma, umat non-Muslim pun menggagumi teladan Rasulullah meskipun tidak memeluk agama Islam. Ibadah yang dilakukan Rasulullah luar biasa ketika menjalankan shalat. "Kakinya sampai bengkak," kata surga bukan hanya gratis ditujukan pada Rasulullah SAW. Dengan empat sifat yang dimiliki oleh Rasulullah, dapat diteladani dengan baik. Nurma pun mencontohkan ketika Anas bin Malik selalu berbuat baik pada Rasul. Rasul bertanya padanya apa yang diharapkan dari perbuatan baik menjawab, ingin bersama Rasul di dalam surga. Maka, rasul memerintahkan agar memperbanyak sujud pada Allah SWT. Untuk dapat meneladani rasul, Nurma mengatakan latihan terus-menerus dengan segala teladan yang diajarkan. "Kita harus dapat belajar dengan alim ulama dan mempelajari tuntunan Rasul dari mereka,” mengikuti tuntunan Rasul, berpengaruh pada moral dan ekonomi yang lebih baik. Mereka tidak hanya fokus mengejar harta benda, bahkan mengumbar nafsu syahwat saja.
75BnP.
  • b86y7xseam.pages.dev/380
  • b86y7xseam.pages.dev/709
  • b86y7xseam.pages.dev/537
  • b86y7xseam.pages.dev/801
  • b86y7xseam.pages.dev/137
  • b86y7xseam.pages.dev/567
  • b86y7xseam.pages.dev/269
  • b86y7xseam.pages.dev/959
  • b86y7xseam.pages.dev/859
  • b86y7xseam.pages.dev/354
  • b86y7xseam.pages.dev/555
  • b86y7xseam.pages.dev/858
  • b86y7xseam.pages.dev/329
  • b86y7xseam.pages.dev/56
  • b86y7xseam.pages.dev/193
  • dengan mengikuti tuntunan rasul manusia akan