GusDur Sang Pendobrak: Kiai Kiri Pembela Kemanusiaan. Kamis, 30 April 2020. Judul Buku: Biografi Gus Dur Penulis: Greg Barton Penerbit: IrCisod Tahun: Januari 2020 Halaman: 516 halaman ISBN: -1. Gus Dur lahir dengan nama Abdurrahman Ad-Dakhil. Ad-Dakhil diambil dari pahlawan dari dinasti Umayah yang berarti "Sang Penakluk". Oleh Fathoni Ahmad Qasidah Al-Burdah disusun oleh seorang pujangga tersohor, Imam Syafaruddin Abu Abdillah Muhammad bin Zaid Al-Bushiri 610-695H/1213-1296 M. Al-Bushiri adalah keturunan Berber yang lahir di Dallas, Maroko dan dibesarkan di Bushir, Mesir. Dia murid seorang Sufi Besar, Imam Abu Hasan As-Syadzili dan penerusnya yang bernama Abdul Abbas Al-Mursi, anggota Tarekat Syadziliyah. Di bidang ilmu fiqih, Al-Bushiri menganut madzhab Syafi’i yang merupakan madzhab fiqih mayoritas di Mesir. Qasidah Burdah adalah salah satu karya termasyhur dalam khzanah sastra Islam. Isinya sajak-sajak pujian kepada Nabi Muhammad, pesan moral, nilai-nilai spiritual, dan semangat perjuangan. Hingga kini, Qasidah Burdah yang merupakan salah satu karya monumental dalam bidang Sastra Arab masih sering dilantunkan di sejumlah pesantren salaf dalam peringatan Maulid Nabi Muhammad. Kitab ini juga telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa seperti bahas Persia, Turki, Urdu, Punjabi, Swahili, Pastum, Melayu, Sindi, Inggris, Prancis, Jerman, dan Italia. Cendekiawan Muslim, KH Abdurrahman Wahid Gus Dur dikenal getol mengkaji Sastra Arab. Hal ini ditunjukkan ketika belajar di Mesir, ia banyak melahap sejumlah karya sastra karangan para ulama klasik. Begitu juga ketika ia melakukan pengembaraan ilmu di Baghdad, karya sastra melimpah di kota 1001 malam ini semakin menggiatkan Gus Dur akan kecintaannya pada karya sastra dalam lintas sejarah peradaban Islam. Di antara karya sastra monumental yang sering dinikmati Gus Dur adalah Qasidah Burdah karya Al-Bushiri sehingga kerap disebut Burdah Al-Bushiri. Rangkaian bait yang disukai Gus Dur dalam Qasidah Burdah di antaranya “Ya rabbi bil musthafa balligh maqashidana waghfirlana maa madha ya waasi’ah karami” Ya Tuhanku, dengan adanya Muhammad Al-Musthafa, sampaikanlah maksud-maksud kami, ampunilah dosa-dosa yang kami lakukan, wahai Tuhanku Yang Maha Luas Pemberiannya. Saat itu, Gus Dur dengan sejumlah rombongan dan santrinya berziarah ke makam Syekh Jumadil Kubro, Mojokerto, Jawa Timur. Sesampainya di makam salah seorang ulama tersohor di Nusantara ini, tetiba Gus Dur mencolek santrinya kepercayaannya untuk membaca bait Qasidah Burdah tersebut. Baca Maman Imanulhaq, Fatwa dan Canda Gus Dur, 2010 Lantunan Qasidah Burdah itu membuat ribuan jamaah juga larut di dalam syair sebagai bentuk ungkapan cinta kepada Nabi Muhammad tersebut. Setiap syair tersebut dibaca, bibir Gus Dur ikut bergetar, wajahnya cerah berkaca-kaca dan tangannya ikut menepuk-nepuk paha pertanda Gus Dur larut dalam syair Al-Bushiri itu. Gus Dur menjelaskan bahwa Qasidah Burdah ini merupakan al-mada’ih an-nabawiyah yang dikembangkan para sufi sebagai cara untuk mengungkapkan perasaan cinta yang mendalam. Qasidah ini terdiri dari 160 bait sajak, ditulis dengan gaya bahasa uslub yang menarik, lembut dan elegan, berisi panduan ringkas mengenai kehidupan Nabi Muhammad, cinta kasih, pengendalian hawa nafsu, pujian terhadap Al-Qur’an, Isra’ Mi’raj, jihad, dan tawasul. Dari tradisi peringatan Maulid Nabi Muhammad yang sering diiringi Qasidah Burdah Al-Bushiri ini, Gus Dur mengambil simpul bahwa peringatan Maulid tidak hanya bersifat seremoni dan peringatan, tetapi juga aksi nyata sebagai upaya meneladani sifat-sifat Nabi Muhammad. Menurut Gus Dur, jika tidak ada penerapan keteladan nyata, Maulid Nabi hanya akan menjadi ritual tahunan. Nubuwah membawa kabar gembira untuk melakukan perubahan di tingkat kehidupan nyata di berbagai level kehidupan masyarakat, terutama masyarakat akar rumput harus diterapkan dan dijalankan dalam kehidupan. Karena menurut Gus Dur, yang lebih penting dan utama dari peringatan adalah membangkitkan kembali semangat kenabian dalam melakukan upaya perubahan sosial agar seluruh umat Islam mampu melakukan perubahan yang diawali dari dirinya sendiri. Penulis adalah Redaktur NU Online Pesanini bermula ketika ia mengantarkan tamu, seorang seniman asal Kudus, untuk bertemu Gus Dur, dengan maksud mencari dukungan dalam pembangunan Taman Budaya Kudus. Kisah mimpi yang sangat terkenal dalam al Qur'an adalah kemampuan Nabi Yusuf dalam menafsirkan mimpi Fir'aun, tentang tujuh ekor sapi gemuk yang dimakan oleh tujuh ekor loading...Hadis-hadis tentang Nabi Khidir banyak diragukan keshahihannya. Foto/Ilustrasi Ist Banyak hadis yang disandarkan kepada Nabi SAW mengenai cerita bahwa Nabi Khidir masih hidup dan melakukan pertemuan dengan Nabi Yasa’, Nabi Muhammad SAW dan para sahabat Nabi, Umar bin Abdul Aziz dan satu hadis itu adalahعَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم إِنَّ الْخَضِرَ فِي الْبَحْرِ وَالْيَسَعَ فِي الْبَرِّ ، يَجْتَمِعَانِ كُلَّ لَيْلَةٍ عِنْدَ الرَّدْمِ الَّذِيْ بَنَاهُ ذُوْ القَرْنَيْنِ بَيْنَ النَّاسِ وَبَيْنَ يَأْجُوْجَ وَمَأْجُوْجَ ، وَيَحُجَّانِ أَوْ يَجْتَمِعَانِ كُلَّ عَامٍ ، وَيَشْرَبَانِ مِنْ زَمْزَمَ شُرْبَةً تَكْفِيْهِمَا إِلَى قَابِلٍDari Anas bin Malik berkata Rasulullah SAW bersabda "Sesungguhnya Khidir di lautan dan Yasa’ di daratan, keduanya bertemu setiap malam di benteng yang dibangun oleh Dzulqarnain untuk menghalangi manusia dari Ya’juj dan Ma’juj. Keduanya menunaikan haji atau bertemu setiap tahun, dan keduanya minum air Zamzam yang mencukupi untuk tahun berikutnya. Baca Juga Abu Ubaidah Yusuf bin Mukhtar as-Sidawi dalam tulisannya berjudul "Misteri Kematian Nabi Khidhr" menyebut hadis tersebut adalah Maudhu. Diriwayatkan oleh Harits bin Abu Usamah dalam Musnadnya 2/866/no. 526 dari jalur Abdurrrohim bin Waqid, dari Qasim bin Bahron, dari Abaan dari Anas bin Rahimahullahu Ta’ala berkata dalam Ittihaf Khiyaroh al-Maharoh 9/187 “Sanad ini lemah karena sebagian perawinya tak dikenal.”Sedangkan Ibnu Hajar dalam al-Mathalib al-Aliyah 3/278 mengatakan “Lemah sekali.” Dalam al-Ishobah 2/432 dan az-Zahru Nadhir hlm. 107, beliau menjelaskan sebabnya “Abdurrohim dan Abaan adalah dua rowi yang ditinggalkan haditsnya.” Demikian juga dikatakan oleh as-Suyuthi dalam Jam’ul Jawami’ 1/194, dan as-Suyuthi juga berkata dalam ad-Durr al-Mantsur 4/240 “Dikeluarkan oleh Harits dengan sanad yang lemah sekali dari Anas.” Baca Juga As-Sakhawi dalam al-Maqashidul Hasanah mengatakan termasuk hadis yang lemah sekali tentang Khidir adalah hadis yang diriwayatkan Harits dalam Musnadnya dari Anas dari Nabi. Ditambah lagi, dalam sanadnya juga terdapat Qosim bin Bahron, dia adalah seorang pendusta.” Lihat Ta’liq Syaikh Masyhur bin Hasan terhadap kitab Dzul Qornain wa Saddu Shin hlm. 67 karya Muhammad Roghib ath-Thobbakh.Dan perlu ditegaskan bahwa semua hadits yang menjelaskan tentang kehidupan Nabi Khidir semuanya adalah tidak shahih sebagaimana ditandaskan oleh para ulama ahli hadis. Oleh karenanya, Syaikh al-Albani Rahimahullahu Ta’ala berkomentar tentang hadis ini “Hadis ini palsu, sama halnya seperti semua hadis-hadis yang menjelaskan hidupnya Khidir sebagaimana ditegaskan oleh para ulama peneliti seperti Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah .”Al-Hafizh Ibnul Qoyyim dalam Al-Manar al-Munif juga mengatakan seluruh hadis yang menyebutkan bahwa Khidir masih hidup dan bertemu dengan Nabi Muhammad SW , semuanya tidak ada yang shahih satu hadis pun.”Di tempat lain beliau berkata “Telah datang beberapa hadis tentang hidupnya Khidir, namun tak satu pun hadis tersebut shahih, seandainya bukan karena khawatir terlalu panjang niscaya kami akan memaparkannya dan menjelaskan keadaan para perawinya.” Baca Juga Sedangkan Al-Hafizh Ibnu Katsir dalam kitabnya "Al-Bidayah wa Nihayah" mengatakan setelah menyebutkan riwayat dan cerita tentang hidupnya Khidir “Semua hadis ini lemah sekali, tidak bisa dijadikan sandaran dalam agama, demikian juga cerita-cerita, tidak luput dari kelemahan dalam sanadnya.” Dalam kitabnya Ujalah Muntadhar fi Syarhi Halil Khidhr”, Abul Faroj Ibnul Jauzi telah mengupas hadis-hadis ini dan menjelaskan bahwa seluruhnya adalah maudhu’ palsu, demikian juga beliau menjelaskan kelemahan sanad atsar-atsar sahabat dan tabi’in secara bagus sekali. Baca Juga mhy KisahGus Dur Sosok Waliyulloh. Tanda-Tanda Gus Dur Sosok Waliyullah Tak lama kemudian kami pamit setelah di beri kode untuk mengakhiri pertemuan oleh asisten Gus Dur," tutur Ario. lalu bertemu Rasulullah SAW, bertemu Nabi Khidir, dan menerima wasiat Nabi Sulaeman. (Babad Cirebon Naskah Klayan hal.xxii). Pertemuan Nabi Musa 'alaihissalam AS dan Nabi Khidir AS adalah kisah luar biasa yang sarat hikmah. Allah menceritakannya dalam Alqur'an agar manusia mengambil iktibar betapa luasnya ilmu-Nya. Dalam hadits riwayat Al-Bukhari, Ubay bin Ka'ab berkata ia pernah mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam SAW bersabda "Suatu ketika, Nabi Musa berkhotbah di depan bani Israil, lalu ia ditanya, 'Siapa manusia yang paling berilmu?' Musa menjawab 'Aku'. Allah kemudian menegur Nabi Musa karena tidak menyatakan yang paling tahu adalah Allah. Allah kemudian mewahyukan kepadanya, "Sungguh, Aku memiliki seorang hamba-Ku di pertemuan antara dua lautan, dan lebih berilmu dari kamu." Nabi Musa bertanya, "Ya Rabb, bagaimana caranya agar aku bisa bertemu dengannya? Allah berfirman kepada Musa, "Bawalah seekor ikan yang kamu masukkan ke dalam suatu tempat, di mana ikan itu menghilang maka di situlah hamba-Ku itu berada!"Kemudian Nabi Musa pergi bersama seorang pelayan ada yang mengatakan muridnya bernama Yusya' bin Nun. Keduanya membawa ikan itu hingga keduanya tiba di sebuah batu besar. Mereka membaringkan tubuhnya sejenak lalu tertidur. Tiba-tiba ikan itu menghilang dari tempat tersebut. Ikan itu melompat mengambil jalannya ke laut. Musa dan pelayannya merasa Nabi Musa dan Nabi Khidir ini diabadikan dalam Surah Al-Kahfi. Berikut kisah selengkapnya Dan ingatlah ketika Musa berkata kepada muridnya, 'Aku tidak akan berhenti berjalan sebelum sampai ke pertemuan dua lautan; atau aku akan berjalan sampai bertahun-tahun.'Ketika mereka sampai ke pertemuan dua laut, mereka lalai akan ikannya, lalu ikan itu melompat mengambil jalannya ke laut itu. Tatkala mereka berjalan lebih jauh, berkatalah Musa kepada muridnya, 'Bawalah kemari makanan kita; sesungguhnya kita telah merasa letih karena perjalanan kita ini.'Muridnya menjawab, 'Tahukah kamu, ketika kita mencari tempat berlindung di batu tadi, maka sesungguhnya aku lupa menceritakan tentang ikan itu dan tidak adalah yang melupakan aku untuk menceritakannya kecuali setan; dan ikan itu mengambil jalannya ke laut dengan cara yang aneh sekali.”Musa berkata, "Itulah tempat yang kita cari." Lalu, keduanya kembali, mengikuti jejak mereka semula. Lalu mereka bertemu dengan seorang hamba di antara hamba-hamba Kami, yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi berkata kepada Khidir, "Bolehkah aku mengikutimu supaya kamu mengajariku ilmu yang benar di antara ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepadamu?"Dia menjawab, "Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sanggup sabar bersamaku. Dan bagaimana kamu dapat sabar atas sesuatu, yang kamu belum mempunyai pengetahuan yang cukup tentang hal itu?"Musa berkata, "Insya Allah kamu akan mendapati aku sebagai orang yang sabar, dan aku tidak akan menentangmu dalam satu urusan pun."Dia berkata, "Jika kamu mengikutiku, janganlah kamu menanyakan kepadaku tentang sesuatu pun, sampai aku sendiri menerangkannya kepadamu."Berjalanlah keduanya, hingga tatkala keduanya menaiki perahu lalu Khidir melubanginya. Musa berkata, "Mengapa kamu melubangi perahu itu yang akibatnya kamu menenggelamkan penumpangnya? Sesungguhnya kamu telah berbuat sesuatu kesalahan yang besar."Dia Khidir berkata, "Bukankah aku telah berkata, 'Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sabar bersama dengan aku?'Musa berkata, "Janganlah kamu menghukumku karena kelupaanku dan janganlah kamu membebaniku dengan suatu kesulitan dalam urusanku."Berjalanlah keduanya, hingga keduanya bertemu dengan seorang anak, maka Khidir membunuhnya. Musa kemudia berkata, "Mengapa kamu bunuh jiwa yang bersih, bukan karena dia membunuh orang lain? Sesungguhnya kamu telah melakukan suatu yang mungkar."Khidir berkata, "Bukankah sudah kukatakan kepadamu bahwa sungguh kamu tidak akan dapat sabar bersamaku?"Musa berkata, Jika aku bertanya kepadamu tentang sesuatu sesudah kali ini, janganlah kamu membolehkan aku menyertaimu. Sesungguhnya kamu sudah cukup memberikan uzur padaku."Keduanya pun berjalan, hingga keduanya sampai di penduduk suatu negeri. Mereka minta dijamu kepada penduduk negeri itu, tetapi penduduk negeri itu tidak mau menjamu mereka. Kemudian keduanya mendapatkan dalam negeri itu dinding rumah yang hampir roboh, maka Khidir menegakkan dinding berkata, "Jikalau kamu mau, niscaya kamu mengambil upah untuk itu."Khidir berkata, "Inilah perpisahan antara aku dan kamu. Aku akan memberitahukan kepadamu maksud perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya.""Adapun bahtera perahu itu adalah kepunyaan orang-orang miskin yang bekerja di laut, dan aku merusak bahtera itu karena di hadapan mereka ada seorang raja dzalim yang merampas setiap bahtera.""Adapun anak itu, kedua orang tuanya adalah orang mukmin. Kami khawatir bahwa dia akan memaksa kedua orang tuanya itu kepada kesesatan dan kekafiran. Kami menghendaki supaya Rabb mereka mengganti anak lain bagi mereka, yang lebih baik kesuciannya dari anaknya itu dan lebih mendalam kasih sayangnya kepada ibu bapaknya.""Adapun dinding rumah itu adalah kepunyaan dua anak yatim di kota itu, dan di bawahnya ada harta benda simpanan bagi mereka berdua, sedangkan ayahnya adalah seorang yang saleh. Rabbmu menghendaki agar supaya mereka sampai kepada kedewasaannya dan mengeluarkan simpanannya itu, sebagai rahmat dari Rabbmu; dan tidaklah aku melakukannya menurut kemauanku sendiri. Demikian itu adalah maksud perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya'." Surah Al-Kahfi ayat 60-82Ada banyak hikmah yang bisa dipetik dari pertemuan dua sosok manusia pilihan Allah itu. Di antaranya pelajaran berharga tentang adab, kesabaran, hakikat ilmu serta hikmah agar tidak menyombongkan diri. Kisah Nabi Musa dan Khidir ini telah mengantarkan kita kepada pemahaman bahwa ilmu-Nya benar-benar Mahaluas. Di dalam Kitab 'Al-Asror Rabbaniyyah wal Fuyudhatur Rahmaniyyah' karya Syeikh Ahmad Shawi Al-Maliki diterangkan bahwa Nabi Khidir dan Nabi Ilyas adalah nabi yan hidup kekal sampai hari kiamat. Nabi Khidir berkeliling di sekitar lautan sambil memberi petunjuk kepada orang-orang yang tersesat di lautan. Sedangkan, Nabi Ilyas berkeliling di sekitar gunung-gunung untuk memberi petunjuk kepada orang-orang yang tersesat di gunung. Allahu A'lam. rhs KisahGus Dur Bertemu Nabi Khidir, Bersama Kyai Asad. December 30, 2019. Amar Maruf Nahi Munkar Artinya Bukan Kekerasan. December 29, 2019. Penyerangan Terhadap Seif Alwi, MENUNGGU SIKAP TEGAS PBNU. December 05, 2019. Soal Gus Muwafiq bilang rembes. December 05, 2019. NASEHAT UMAR BIN AL-KHATTAB TENTANG KUNCI KEMULIAAN.

Ilustrasi Kisah Nabi Khidir dan Hikmahnya bagi Umat Muslim. Sumber pixabayKisah Nabi Khidir dan Nabi Musa adalah salah satu kisah Nabi dan Rasul yang terkenal dan memiliki hikmah dalam ceritanya. Kisah tersebut dapat diceritakan kepada anak-anak sebagai kisah teladan agar mereka dapat memetik pelajarannya dan meneladani sifat mulia Nabi dan Rasul. Ilustrasi Kisah Nabi Khidir dan Hikmahnya bagi Umat Muslim. Sumber pixabayKisah Nabi Khidir dan Nabi MusaBerikut ini adalah penjelasan mengenai kisah Nabi Khidir dan Nabi Musa serta hikmahnya. Kisah ini berawal pada saat Nabi Musa berdiri di hadapana Bani Israil kemudian seseorang bertanya kepadanya, "Siapakah orang yang paling berilmu?" Kemudian Nabi Musa menjawab, "aku." Lalu turunlah peringatan dari Allah SWT, "Sesungguhnya di sisi-Ku ada seorang hamba yang berada di pertemuan dua lautan dan dia lebih berilmu daripada kamu."Nabi Musa pun bertanya siapa orang tersebut yang lebih berilmu dari dirinya dan di mana ia bisa menemui orang itu. Lalu Allah menjawab, "Bawalah bersama kamu seekor ikan di dalam sangkar. Sekiranya ikan tersebut hilang, di situlah kamu akan bertemu dengan hamba-Ku itu."Nabi Musa pun berangkat menemui orang tersebut bersama pembantunya. Setelah sampai di sana, ia bertemu dengan seorang laki-laki yang berdiri di batu tempat dua lautan bertemu. Orang itu kemudian dikenal sebagai Nabi Khidir. Nabi Musa kemudian mengutarakan keinginannya untuk berguru kepada Nabi Khidir. Namun Nabi Khidir mengatakan bahwa Nabi Musa tidak akan sabar jika bersamanya. Nabi Musa pun mengatakan, "Insya Allah akan engkau dapati aku orang yang sabar dan aku tidak akan menentangmu dalam urusan apapun." Nabi Khidir lalu mengizinkan Nabi Musa untuk berguru kepadanya, dengan syarat jangan menanyakan apapun sampai ia menjelaskannya sendiri kepada Nabi Musa. Mereka lalu melakukan perjalanan dengan menaiki sebuah perahu. Di tengah perjalanan, Nabi Khidir melubangi perahu tersebut sehingga tenggelam ke dasar air. Nabi Musa tidak mengerti apa yang dilakukan Nabi Khidir tersebut sehingga bertanya kepadanya. Nabi Khidir memperingatkan janji Nabi Musa di awal, Nabi Musa pun meminta maaf dan berjanji untuk tidak bertanya mereka melanjutkan perjalanan dan bertemu dengan seorang anak muda. Nabi Khidir kemudian membunuh anak muda itu. Nabi Musa kembali menanyakan alasan Nabi Khidir, lagi-lagi Nabi Khidir memperingatkan janji Nabi Musa di awal. Nabi Musa lalu mengatakan, "Jika aku bertanya kepadamu tentang sesuatu setelah ini, maka jangan lagi engkau memperbolehkan aku menyertaimu, sesungguhnya engkau sudah cukup bersabar menerima alasan dariku."Perjalanan kemudian dilanjutkan hingga sampai di sebuah negeri. Mereka meminta dijamu oleh para penduduk negeri tersebut, namun mereka tidak mau melakukannya. Nabi Khidir kemudian memerintahkan Nabi Musa memperbaiki dinding suatu rumah yang rusak di daerah tersebut bersamanya. Lagi-lagi, Nabi Musa tidak kuasa untuk bertanya kepada Nabi Khidir. Nabi Khidir kemudian berkata, "Inilah perpisahan antara aku dengan engkau; aku akan memberikan penjelasan kepadamu atas perbuatan yang engkau tidak mampu sabar terhadapnya." Lalu, Nabi Khidir menjelaskan semuanya kepada Nabi tersebut adalah milik orang-orang miskin yang bekerja di laut. Nabi Khidir merusakkan perahu itu karena di hadapan mereka ada seorang raja yang merampas tiap-tiap muda itu kedua orangtuanya adalah orang-orang mukmin "dan kami khawatir bahwa dia akan mendorong kedua orangtuanya itu kepada kesesatan dan kekafiran. Kemudian kami menghendaki, sekiranya Tuhan mereka menggantinya dengan seorang anak lain yang lebih baik kesuciannya daripada anak itu dan lebih sayang kepada ibu bapakya.Dinding rumah di kota itu adalah milik dua anak yatim, di bawahnya tersimpan harta bagi mereka berdua, dan ayahnya seorang yang shalih. "Maka Tuhanmu menghendaki agar keduanya sampai dewasa dan keduanya mengeluarkan simpanannya itu sebagai rahmat dari Tuhanmu. Apa yang kuperbuat bukan menurut kemauanku sendiri. Itulah keterangan perbuatan-perbuatan yang engkau tidak sabar kepadanya."Menurut buku 65 Cerita Teladan Sebelum Tidur oleh Sakha Aqila Mustofa 2008 81, hikmah dari kisah ini adalah bersabar. Bertindaklah penuh kesabaran karena sifat sabar adalah akhlah paling utama. Dalam menuntut ilmu dan belajar, sifat sabar paling Kisah Nabi Khidir dan Hikmahnya bagi Umat Muslim. Sumber penjelasan mengenai kisah Nabi Khidir dan Nabi Musa yang penuh hikmah. Semoga kisah ini dapat memberi inspirasi kepada umat Muslim. IND

KisahSeorang Santri Menguji Kewalian Gus Dur, Kisah Hikmah, Kisah Seorang Santri Menguji Kewalian Gus Dur Beruntung, Gus Dur sedang di rumah dan ia segera antri untuk bisa bertemu Gus Dur yang hari itu sedang banyak tamu. Ketika sudah tiba gilirannya, ia pun masuk, mencium tangan Gus Dur sebagaimana etika seorang santri kepada kiainya
Salah seorang kiai pesantren, pemimpin besar yang dikenal mempunyai keistimewaan ialah KH Abdurrahman Wahid Gus Dur. Bahkan, Gus Dur tak hanya dikenang lewat tulisan-tulisannya, tetapi juga kuburannya yang diziarahi ribuan orang setiap hari. Nilai-nilai kemanusiaan yang dikembangkan oleh Gus Dur membuatnya tak hanya diziarahi umat Islam, tetapi juga masyarakat dari berbagai kalangan dan agama. Diceritakan oleh KH Abdul Moqsith Ghazali 2018, Imam Al-Ghazali pernah berdoa kepada Allah. Dalam doanya, ia berharap kitab yang ditulisnya, Ihya’ Ulumiddin lebih terkenal dibanding kuburannya. Doa tersebut dikabulkan. Saat ini kitab tersebut dikaji di berbagai pesantren dan perguruan tinggi, baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Sebaliknya, kuburan Al-Ghazali tidak banyak yang tahu. Bahkan menurut Kiai Moqsith yang pernah berkunjung ke makam Al-Ghazali, kuburan penulis Kitab Tahafutul Falasifah itu terlihat apa adanya karena baru dua tahun belakangan ditemukan. Artinya, selama ratusan tahun yang ramai diziarahi selama ini bukan makam Al-Ghazali. Salah seorang kiai pesantren yang dikenal mempunyai keistimewaan ialah KH Abdurrahman Wahid Gus Dur. Bahkan, Gus Dur tak hanya masyhur tulisan-tulisannya, tetapi juga kuburannya yang diziarahi ribuan orang setiap hari. Nilai-nilai kemanusiaan yang dikembangkan oleh Gus Dur membuatnya tak hanya diziarahi umat Islam, tetapi juga masyarakat dari berbagai kalangan dan agama. Kiai Moqsith yang juga dikenal dekat dengan Gus Dur saat masih hidup menuturkan, dahulu Gus Dur ditawari umur 90 tahun oleh malaikat. “Buat apa sih umur panjang-panjang, yang sedang sajalah 69 tahun. Akhirnya benar Gus Dur wafat pada usia tersebut,” ungkap Kiai Moqsith saat mengisi forum ilmiah tentang moderasi Islam di Bogor, Jawa Barat baru-baru ini. Kisah tersebut muncul ketika Kiai Moqsith juga menjelaskan riwayat salah seorang sahabat Nabi Muhammad, Sa’ad bin Abi Waqash. Saat itu sahabat Sa’ad didatangi malaikat pada umur 42 tahun dan ingin mencabut nyawanya. Seketika sahabat Sa’ad protes kepada malaikat, karena anak-anaknya yang masih kecil. Akhirnya, sahabat Sa’ad berdoa meminta kepada Allah dan diberikan umur panjang. Dikabulkan oleh Allah, 84 tahun baru meninggal. Kuburan sahabat Sa'ad berada di Kota Guangzhou, Tiongkok China dan ramai diziarahi banyak orang dari mancanegara. Gus Dur meninggal setelah beberapa hari dirawat di Rumah Sakit Cipto Manungkusumo RSCM Jakarta. Baik dalam kondisi dirawat dan setelah kepergiannya, orang-orang tidak pernah berhenti mengunjungi Gus Dur. Bahkan, padatnya pentakziah yang tidak terhitung jumlahnya dari berbagai daerah di Indonesia turut mengantar jenazah putra sulung KH Wahid Hasyim tersebut ke tempat peristirahatan terakhir di komplek makam keluarga Tebuireng, Jombang. Tebuireng saat itu tumpah ruah penuh dengan orang-orang yang ingin menyaksikan proses dikebumikannya Gus Dur. Pesantren Tebuireng penuh dan sesak. Begitu juga jalanan utama di depan pesantren terlihat manusia berbondong-bondong ingin ikut mengantar Gus Dur. Di luar sana, tidak hanya teman-teman Muslim yang memadati masjid, musholla, dan majelis-majelis untuk mendoakan Gus Dur, tetapi juga teman-teman dari agama Konghucu, Katolik, Kristen, Hindu, dan Budha turut meramaikan rumah ibadah masing-masing untuk mendoakan Gus Dur. Bahkan, mereka memajang foto Gus Dur di altarnya masing-masing. Kini, pemikiran, gagasasn, tulisan, dan pergerakan sang zahid Gus Dur yang di batu nisannya tertulis, “Here rest a Humanist” itu tidak pernah kering meneteskan dan mengguyur inspirasi bagi kehidupan beragama, berbangsa, dan bernegara di Republik ini. Begitu juga makamnya yang hingga sekarang terus ramai diziarahi. KH Husein Muhammad Cirebon dalam buku Gus Dur dalam Obrolan Gus Mus 2015 mengungkapkan persamaan kondisi wafatnya Gus Dur dengan kepergian salah seorang penyair sufi masyhur, Maulana Jalaluddin Rumi dari Konya, Turki. Kepulangan Rumi ke Rahmatullah dihadiri beribu-ribu orang yang mengagumi dan mencintainya. Saat itu, di antara mereka yang berduka ialah para pemimpin, tokoh-tokoh penganut Yahudi, Kristen berikut sekte-sektenya, segala madzhab-madzhab pemikiran, serta rakyat jelata yang datang dari pelosok-pelosok dan sudut-sudut bumi yang jauh. Gambaran singkat dari kepergian dua zahid manusia dengan maqom zuhud yang disambut iringan ribuan orang dari berbagai penjuru serta didoakan pula dari segala penjuru menunjukkan sebuah cinta dan kasih sayang. Rasa tersebut mengkristal dari seluruh komponen masyarakat sebagai wujud cinta dari dua zahid kepada semua manusia ketika hayat masih dikandung badan. Kiai Husein menuturkan, Gus Dur, Maulana Rumi, dan para wali Allah merupakan orang yang selama hidupnya diabdikan untuk mencintai seluruh manusia, tanpa pamrih apapun. Mereka memberikan kebaikan semata-mata demi kebaikan itu sendiri, bukan bermaksud kebaikan tersebut kembali kepada dirinya. Cara hidup demikian diungkapkan dalam sebuah puisi indah gubahan sufi besar dari Mesir, pengarang Kitab Al-Hikam, Ibnu Athaillah As-Sakandari yang sering dikutip Gus Dur dalam banyak kesempatan Idfin wujudaka fil ardhil khumuli, fama nabata mimmaa lam yudfan laa yutimmu nitaa juhu tanamlah eksistensimu di bawah tanah yang tidak dikenal. Sesuatu yang tumbuh yang tak ditanam, akan berbuah segar. Editor Abdullah Alawi
GusDur juga cerita bahwa pada saat Muktamar NU 1984 di Pondok Pesantren Salafiyah Syafi'iyah Sukorejo, saat itu Gus Dur duduk bersama KHR As'ad Syamsul Arifin. Sedangkan forum Muktamar NU telah memutuskan bahwa untuk menentukan Rais 'Am dan Ketua Umum PBNU dengan Ahlul Halli wal Aqdi tunggal yaitu KHR As'ad Syamsul Arifin. VIVA – Nabi Khidir AS memiliki kisah dengan Nabi Musa AS. Kisahnya diceritakan dalam Alquran. Ada pula kisah-kisah lainnya yang berkaitan dengan Nabi Khidir. Berikut kisah nabi Khidir dengan nabi Musa yang dikutip dari Musa Diberi Tahu tentang Orang Bijaksana Ilustrasi Nabi Musa. Suatu hari, Musa menyampaikan khotbah yang begitu mengesankan sehingga semua orang yang mendengarnya sangat tersentuh. Seseorang dalam jemaah bertanya "Wahai Rasulullah, apakah ada orang lain di bumi ini yang lebih berilmu darimu?" Musa menjawab "Tidak!", percaya demikian, karena Allah telah memberinya kekuatan mukjizat dan menghormatinya dengan Allah mengungkapkan kepada Musa bahwa tidak ada manusia yang bisa mengetahui semua yang perlu diketahui, dan tidak akan ada satu utusan saja yang menjadi penjaga semua pengetahuan. Akan selalu ada orang lain yang tahu apa yang orang lain tidak tahu. Musa bertanya kepada Allah "Ya Allah, di mana orang ini? Saya ingin bertemu dengannya dan belajar darinya." Dia juga meminta tkamu untuk identitas orang memerintahkannya untuk mengambil ikan hidup dalam bejana berisi air. Di mana ikan menghilang, dia akan menemukan orang yang dia cari. Musa memulai perjalanannya, ditemani oleh seorang pemuda yang membawa kapal dengan ikan. Mereka mencapai tempat di mana dua sungai bertemu dan memutuskan untuk beristirahat di sana. Seketika, Musa Musa Menemukan Nabi Khidir Kisah Nabi Yakub Saat dia tertidur, temannya melihat ikan itu menggeliat keluar dari kapal ke sungai dan berenang menjauh. Namun, dia lupa menceritakan kejadian ini kepada Musa. Ketika dia bangun, mereka melanjutkan perjalanan sampai mereka kelelahan dan lapar. Musa meminta makan paginya. Baru pada saat itulah temannya ingat bahwa ikan yang mereka bawa telah kabur. Mendengar ini, Musa berseru 'Inilah yang kita cari!" Mereka buru-buru menelusuri kembali langkah mereka ke tempat di mana sungai bertemu dan di mana ikan telah melompat keluar. Di sana mereka menemukan seorang pria, wajahnya sebagian tertutup tudung. Sikapnya menunjukkan bahwa dia adalah orang suci, dia adalah nabi Khidir, Nabi Musa Mencari Nabi Khidir - Hadits Ilustrasi Nabi Khidir. Kisah Musa dan Al-Khidir juga diceritakan dalam sebuah hadits. Said Ibn Jubair berkata "Aku berkata kepada Ibn Abbas, 'Nauf Al-Bukah mengklaim bahwa Musa, sahabat Al-Khidr, bukanlah Musa nabi dari bani Israel, tetapi beberapa Musa lainnya.' Ibn Abbas berkata 'Musuh Allah yaitu Nauf telah berbohong. Ubai Ibn Kab mengatakan kepada kami bahwa Nabi berkata Suatu ketika Musa berdiri dan berbicara kepada Bani Israel. Dia ditanya siapa orang yang paling terpelajar di antara manusia. Dia berkata “Aku.” Allah menegurnya karena dia tidak memberikan ilmu yang mutlak kepada-Nya Allah. Maka Allah berfirman kepadanya 'Ya, di persimpangan dua lautan ada hamba-Ku yang lebih berilmu darimu. " Musa berkata "Ya Tuhanku! Bagaimana saya bisa bertemu dengannya?" Allah berfirman "Ambil seekor ikan dan masukkan ke dalam keranjang besar dan kamu akan menemukannya di tempat di mana kamu akan kehilangan ikan."Musa mengambil seekor ikan dan memasukkannya ke dalam keranjang dan berjalan bersama dengan anak laki-lakinya pelayannya, Joshua Yusha Ibn Nun, sampai mereka mencapai batu karang tempat mereka meletakkan kepala mereka yaitu berbaring. Musa tidur, dan ikan, keluar dari keranjang, jatuh ke laut. Ia mengambil jalannya ke laut lurus seperti di terowongan. Allah menghentikan aliran air di atas ikan dan itu menjadi seperti lengkungan Nabi menunjukkan lengkungan ini dengan tangannya. Mereka menempuh sisa malam itu, dan keesokan harinya Musa berkata kepada anak laki-lakinya pelayannya "Berikanlah kami makanan kami, karena sesungguhnya, kami telah menderita banyak kelelahan dalam perjalanan kami ini." Musa tidak merasa lelah sampai dia menyeberangi tempat yang diperintahkan Allah kepadanya untuk dicari. Anak laki-lakinya pelayannya berkata kepadanya "Tahukah Kamu bahwa ketika kami duduk di dekat batu itu, saya melupakan ikan itu, dan tidak ada kecuali Setan yang membuat saya lupa untuk memberi tahu Kamu tentang hal itu, dan ia mengambil jalannya ke dalam laut dengan cara yang menakjubkan?" Jadi ada jalan untuk ikan itu dan itu membuat mereka heran. Musa berkata "Itulah yang kami cari." Jadi keduanya menelusuri kembali langkah mereka sampai mereka mencapai batu. Di sana mereka melihat seorang pria berbaring ditutupi dengan Musa Berbicara Dengan Nabi Khidir Ilustrasi Nabi Khidir. Musa menyapanya, dan dia menjawab dengan mengatakan "Bagaimana orang saling menyapa di tanahmu?" Musa berkata "Aku adalah Musa."Pria itu bertanya "Musa dari Bani Israel?" Musa berkata 'Ya, aku datang kepadamu agar kamu dapat mengajariku dari hal-hal yang telah diajarkan Allah kepadamu." Dia berkata "Wahai Musa! Aku memiliki sebagian dari ilmu Allah yang telah Allah ajarkan kepadaku dan yang tidak kamu ketahui, sedangkan kamu memiliki sebagian dari ilmu Allah yang Allah telah ajarkan kepadamu dan yang tidak aku ketahui.” Musa bertanya “Bolehkah aku mengikutimu? ?” Dia berkata “Tapi kamu tidak akan bisa bersabar denganku, karena bagaimana kamu bisa bersabar tentang hal-hal yang tidak akan kamu mengerti?” Musa berkata 'Kamu akan menemukanku, jika Allah menghendaki, benar-benar sabar, dan aku tidak akan mendurhakaimu sedikitpun.”Jadi keduanya berangkat berjalan di sepanjang pantai laut. Sebuah perahu melewati mereka, dan mereka meminta awak perahu untuk membawa mereka ke atas kapal. Para kru mengenali Al-Khidr, jadi mereka membawa mereka ke kapal tanpa ongkos. Ketika mereka berada di atas perahu, seekor burung gereja datang dan berdiri di tepi perahu dan mencelupkan paruhnya sekali atau dua kali ke laut. Nabi Khidir berkata kepada nabi Musa "Wahai Musa! Ilmuku dan ilmumu tidak mengurangi ilmu Allah kecuali sebanyak burung pipit ini menurunkan air laut dengan paruhnya." Kemudian tiba-tiba Al-Khidr mengambil sebuah kapak dan menarik sebuah papan, dan Musa tidak menyadarinya sampai dia telah menarik sebuah papan dengan kapak itu. Musa berkata kepadanya "Apa yang telah kamu lakukan? Mereka membawa kami ke kapal tanpa memungut biaya apapun; namun kamu dengan sengaja membuat lubang di perahu mereka untuk menenggelamkan penumpangnya. Sesungguhnya, kamu telah melakukan hal yang mengerikan." Nabi Khidir menjawab "Bukankah aku sudah memberitahumu bahwa kamu tidak akan bisa bersabar denganku?" Musa menjawab "Jangan salahkan aku atas apa yang telah aku lupakan, dan jangan keras terhadapku karena kesalahanku." Jadi alasan pertama Musa adalah dia mereka telah meninggalkan laut, mereka melewati seorang anak laki-laki yang sedang bermain dengan anak laki-laki lain. Nabi Khidir memegang kepala anak itu dan mencabutnya dengan tangannya seperti ini. Sufyan, sub-narator memberi isyarat dengan ujung jarinya seolah-olah sedang memetik buah. Musa berkata kepadanya "Apakah kamu telah membunuh orang yang tidak bersalah yang tidak membunuh siapa pun? Kamu benar-benar telah melakukan hal yang mengerikan." Al-Khidr berkata "Bukankah aku sudah memberitahumu bahwa kamu tidak bisa bersabar denganku?" Musa berkata "Jika saya bertanya kepada Kamu tentang apa pun setelah ini, jangan temani saya. Kamu telah menerima alasan dari saya."Kemudian keduanya melanjutkan perjalanan sampai mereka datang ke beberapa orang di suatu desa, dan mereka meminta makanan kepada penduduknya tetapi mereka menolak untuk menjamu mereka sebagai tamu. Kemudian mereka melihat di dalamnya ada tembok yang akan runtuh dan Al Khidir memperbaikinya hanya dengan menyentuhnya dengan tangannya. Sufyan, subnarator, memberi isyarat dengan tangannya, menggambarkan bagaimana nabi Khidir melewati dinding ke atas. Musa berkata "Ini adalah orang-orang yang kami panggil, tetapi mereka tidak memberi kami makanan, atau menghibur kami sebagai para tamu, namun Kamu telah memperbaiki tembok mereka. Jika Kamu mau, Kamu bisa mengambil upah untuk itu." Nabi Khidir berkata "Ini adalah perpisahan antara kamu dan aku, dan aku akan memberi tahu kamu penjelasan tentang hal-hal yang kamu tidak bisa bersabar."Nabi menambahkan "Kami berharap Musa bisa tetap sabar karena Allah mungkin telah memberi tahu kami lebih banyak tentang kisah mereka." Sufyan, sub-narator, mengatakan bahwa Nabi berkata "Semoga Allah melimpahkan rahmat-Nya kepada Musa! Jika dia tetap sabar, kami akan diberitahu lebih lanjut tentang kasus mereka.".Itulah kisah nabi Khidir dan nabi Musa. Ada hikmah dibalik kisahnya ini yang bisa dipetik. Semoga artikel ini bermanfaat. Usai Bolehkan Santri Berzina, Pimpinan Ponpes Al-Zaytun Khutbah Pakai Ayat Alkitab Pondok Pesantren Al-Zaytun Indramayu, Jawa Barat kembali jadi bahan pembicaraan publik. Terkini, pimpinan ponpes yaitu Panji Gumilang khutbah dengan memakai ayat Alkitab. 7 Juni 2023
Akhirnya ikan itu membawa Gus Miek menghadap gurunya yaitu Nabi Khidir. Pertemuan itu menurut Gus Miek hanya berlangsung selama lima menit. Tetapi, kenyataannya Gus Miek naik ke daratan dan kembali ke pondok sudah pukul empat sore. beberapa bulan kemudian, setelah mengetahui bahwa Gus Miek tidak apa-apa, akhirnya kembali ke pondok.
Adasebuah kisah tentang Gus Dur dengan seorang penjual durian. Kisah ini menjadi salah satu bukti bahwa Gus Dur adalah salah seorang wali. Gus Dur bisa melihat kesusahan luar biasa yang melanda seseorang yang belum dikenalinya, bahkan baru pertama kali ditemuinya. Dan anehnya lagi seseorang itu belum bercerita apapun ke Gus Dur tentang
Tindakkekerasan -walaupun atas nama agama— dinyatakan oleh siapapun dan dimana pun sebagai terorisme. Beberapa tahun sebelum menjabat sebagai Presiden, penulis merencanak an berkunjung ke Israel untuk menghadiri pertemuan para pendiri Pusat Perdamaian Shimon Peres di Tel Aviv. Sebelum keberangak atan ke Tel Aviv, penulis menerima rancangan pernyataan bersama, yang oleh Rabi Kepala
G0ozAKh.
  • b86y7xseam.pages.dev/827
  • b86y7xseam.pages.dev/94
  • b86y7xseam.pages.dev/676
  • b86y7xseam.pages.dev/801
  • b86y7xseam.pages.dev/748
  • b86y7xseam.pages.dev/152
  • b86y7xseam.pages.dev/698
  • b86y7xseam.pages.dev/382
  • b86y7xseam.pages.dev/930
  • b86y7xseam.pages.dev/148
  • b86y7xseam.pages.dev/825
  • b86y7xseam.pages.dev/176
  • b86y7xseam.pages.dev/929
  • b86y7xseam.pages.dev/364
  • b86y7xseam.pages.dev/835
  • kisah gus dur bertemu nabi khidir